"Gak sia-sia lo ya bertahun-tahun maraton drama Korea. Akhirnya kesampaian juga ke Seoul" celetuk teman saya tempo hari di salah satu ruang tunggu Bandara Soekarno-Hatta. Saya sih mesem-mesem saja, padahal dalam hati super exciting.
Pendek kata, minggu lalu saya ketiban rezeki untuk pelesiran ke Seoul, gretong pula! Yah walaupun destinasinya tidak sepenuhnya bisa saya pilih karena kebetulan saya ikut rombongan tur, jadi ya terima-terima saja mau diajak kemana.
Kalau boleh dikatakan, tema tur kami kemarin adalah "shopping marathon", karena destinasi belanjanya lebih banyak daripada destinasi budayanya. Sempat kecewa sih, karena saya lebih suka tur yang isinya melihat kebudayaan setempat (local culture) daripada belanja.Â
Tapi  apa mau dikata, karena tujuan utama rombongan saya adalah "Kulakan di Korea", jadi mau tidak mau saya harus ikut suara terbanyak. Hitung-hitung saya bisa jalan-jalan sambil mengamati sedikit-sedikit, sehingga kunjungan berikutnya (cieileehhh.. ngarep!), saya tidak kaget dan sudah paham apa-apa saja yang harus disiapkan.
Dari semua destinasi yang disusun dalam itinerary, satu yang paling saya tunggu-tunggu adalah mengunjungi Gyeongbok-gung (Istana Gyeongbok) di Seoul. Sebenarnya tidak terlalu banyak yang bisa dilihat di dalam istana karena sejatinya Gyeongbok-gung lebih menyerupai kompleks istana yang terdiri dari beberapa bangunan kosong (kecuali Geunjongjeon Hall / Ruangan Tahta Raja dan museum-museum) dan sisanya tanah lapang yang luas.Â
Meski begitu, karena kami akan berkeliling istana sambil mengenakan Hanbok (pakaian tradisional Korea), destinasi ini menjadi yang paling saya tunggu.
Selain itu Gyeongbok-gung adalah istana terbesar dan paling terkenal di antara "Five Grand Palaces" selain Changdeok-gung, Changgyeong-gung, Deoksu-gung dan Gyeonghui-gung. Meski begitu, desain arsitektur kelima istana ini pada dasarnya mirip-mirip.
Gyeongbok-gung pertama kali dibangun pada tahun 1395 semasa pemerintahan Raja Taejo dan semakin luas dimasa Raja Sejong. Pada saat invasi semasa penjajahan Jepang, hampir seluruh bagian Gyeongbok-gung dibakar oleh tentara Jepang dan yang tersisa hanyalah Paviliun Gyeonghoeru, Paviliun Hyangwonjeong dan Geunjongjeon Throne Hall.Â
Istana ini pun sempat terbengkalai selama kurang lebih 300 ratus tahun setelahnya. Pada masa pemerintahan Raja Gojong, Gyeongbok-gung pun direstorasi berdasarkan catatan sekretaris kerajaan, di bawah pimpinan Heungson Daewongun.
Meski begitu, suasana tradisional Korea pada zaman dahulu tetap terasa begitu kita masuk ke dalam kompleks istana. Apalagi kalau sambil memakai Hanbok. Serasa di film-film Saeguk gitu deh. Tentunya Hanbok ini bisa kita sewa dari toko rental loh ya. Karena kalau beli, harganya mahal!
Penggemar drakor (drama Korea) pasti tahu film ini dong ya? Hanbok yang ditampilkan dalam film tersebut memiliki warna dan motif  yang cantik-cantik. Oleh sebab itu, hal pertama yang ingin dan harus saya lakukan saat berkunjung ke Korea adalah merasakan suasana tradisional Korea dengan mengenakan Hanbok! Benar-benar penasaran seperti apa rasanya memakai Hanbok.
Hanbok pada dasarnya memiliki dua bagian yang berbeda yakni "Jeogori" yakni atasan berlengan panjang dan "Chima" atau rok yang megar dan panjang (untuk wanita) yang biasanya terdiri dari beberapa lapis, sementara bawahan atau celana panjang untuk pria dinamakan "Baji".Â
Sama seperti fesyen masa kini yang sering berubah-ubah, gaya Hanbok pada zaman dahulu pun sering berubah mengikuti tren, terutama bagian Jeogori yang semakin lama semakin pendek. Tapi yang jelas, warna dan pola motif yang beraneka ragam lah yang membuat penampilan Hanbok kian menarik.
Jadi buat Kompasianer yang ingin pelesiran ke Korea dan punya agenda "Hanbok Experience", berikut tips-tips berkeliling Gyeongbok-gung sambil mengenakan Hanbok:
Membuat reservasi di toko rental Hanbok dari Jakarta
Sebenarnya tidak membuat reservasi dari Jakarta pun tidak masalah karena ada banyak toko rental Hanbok di sekitar Gyeongbok-gung. Tinggal pilih toko mana yang menawarkan harga sesuai kantong. Kalau reservasi dari Jakarta, biasanya ada website-website yang menyediakan diskon sehingga harganya lebih murah daripada menyewa secara on the spot.Â
Namun pastikan ke tokonya apakah kita bisa mengubah tanggal penyewaan, karena kita tidak pernah tahu bagaimana cuaca hari itu. Kalau ternyata hujan, tentunya gak asik keliling istana pakai Hanbok sambil hujan-hujanan.
Aturan ini juga berlaku untuk yang pria loh ya. Beberapa toko ada yang memberikan semacam rangka rok berkawat supaya rok-nya terlihat mengembang. Jadi terbayang dong repotnya kalau kita bolak-balik lepas-pasang Hanbok?
Pilih warna yang cerah
Sebenarnya tergantung selera masing-masing sih. Tapi saya lebih suka yang cerah. Mengapa? Karena warna-warna Hanbok yang cerah akan terlihat cantik saat difoto. Meski begitu saya juga banyak melihat variasi Hanbok berwarna pastel dan memang warna ini juga banyak diminati oleh para turis-turis wanita muda seperti dari Tiongkok dan Jepang.Â
Manis juga sih. Tapi seperti yang saya ceritakan di awal, saya jatuh cinta dengan Hanbok saat nonton Jewel in the Palace yang menampilkan warna-warna Hanbok yang cerah.
Ini sudah pasti, karena Gyeongbok-gung itu sangat luas dan banyak area yang berpasir. Jadi kalau pakai heels ke sana, sudah pasti salah kostum. Sayang banget kan kalau tidak bisa keliling istana gara-gara kaki lecet. Pilihannya tinggal pakai sneakers (jika lebih mengutamakan kenyamanan) atau flat shoes (kalau kepingin nyaman, sekaligus "nyambung" dengan kostum Hanbok).
Membawa barang-barang penting
Penyewaan Hanbok, umumnya sudah termasuk aksesoris kepala (kecuali topi wanita) dan tas kecil. Sementara itu perlengkapan topi untuk pria juga sudah termasuk dalam biaya sewa.Â
Begitu juga dengan loker untuk menyimpan tas kita. Oleh sebab itu, keluarkan barang-barang penting seperti dompet, paspor dan ponsel dan jangan ditinggal di dalam loker. Tiga barang ini sangat penting saat kita berada di luar negeri.
Satu hal yang perlu dicatat, siapapun yang masuk Gyeongbok-gung dengan mengenakan Hanbok, tidak akan dikenakan biaya masuk! Seru kan? Jadi kita bisa puas keluar-masuk istana. Dan karena jatah waktu penyewaan Hanbok sekitar 3 -- 4 jam, setelah puas keliling istana kita juga bisa keliling dan foto-foto di Bukchon Hanok Village (wilayah perumahan tradisional khas Korea) karena lokasinya berdekatan dengan Gyeongbok-gung. Tapi perlu diingat, karena perumahan ini ada pemiliknya, jadi jangan sampai mengganggu loh ya.
Namun sayang oh sayang, karena waktu rombongan kami terbatas, saya belum meng-explore keseluruhan istana dan tidak sempat ke Bukchon. Semoga dalam kunjungan berikutnya (masih berharap) saya bisa lebih puas meng-explore sisi tradisional kota Seoul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H