Baru-baru ini ada satu artikel yang ditayangkan di salah satu portal berita online yang menarik perhatian saya, sampai saya hanya bisa geleng-geleng kepala. Mungkin ada Kompasianer yang sudah baca kisah seorang gadis berusia 23 tahun bernama Amber Luke yang memiliki ratusan tato di tubuhnya?
Dia bahkan menato kornea matanya menjadi warna biru dan membelah ujung lidahnya. Macam siluman ular gitu deh (ssssssss....) Alasannya? Dia menganggap penampilannya dulu sebelum bertato sangat membosankan! Luar biasa (aneh) kan? Ibunya sampai menangis melihat putrinya itu. Ya iyalah!

Saya sendiri pertama kali menato tubuh saya sewaktu kelas 3 SMP. Jadi ceritanya saat itu saya ikut study tour ke Bali. Dan saat mampir ke Pantai Kuta, ada banyak pedagang tato temporer yang menjajakan jasanya. Alhasil saya dan teman-teman saya iseng bikin tato temporer tersebut. Palingan beberapa minggu juga hilang, pikir kami waktu itu.
Sedikit sejarah tentang tato, budaya menato tubuh memang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Masyarakat Mesir kuno, Roma, Yunani, India, Afrika, Cina dan banyak negara lainnya telah menggunakan tato dengan tujuan bermacam-macam.Â
Mulai dari jimat, simbol keyakinan agama, simbol status sosial, identitas, deklarasi cinta, perhiasan, sampai bentuk hukuman. Dengan peralatan sederhana, mereka menggunakan bahan-bahan alami untuk menghasilkan pigmen warna tertentu untuk dilukiskan pada permukaan kulit.
Tato permanen dan tato temporer
Hingga sekarang pun, tato masih eksis. Pada awalnya tato bersifat permanen dan biasanya akan terasa sakit saat proses aplikasi karena pigmen warna dimasukkan ke dalam kulit (lapisan epidermis) dengan menggunakan jarum. Ini yang kadang membuat seseorang takut untuk menato tubuhnya. Namun sekarang bagi yang tidak menginginkan tato permanen pun tersedia tato temporer yang bisa hilang setelah beberapa waktu.Â
Ada yang hanya berbentuk stiker sehingga hanya perlu ditempelkan selama beberapa saat untuk memindahkan pola gambar ke permukaan kulit, ada juga yang menggunakan tinta dan mengaplikasikannya ke permukaan kulit dengan cara dilukis.

Bahaya tato yang harus diwaspadai
Tato temporer saat ini dikenal juga dengan Henna atau Mehndi. Umumnya bahan pewarna yang digunakan berasal dari tanaman yakni Daun Pacar (Lawsonia inermis L.) yang menghasilkan warna jingga kecoklatan atau merah kecoklatan.Â
Ketika ada warna lain yang muncul seperti hitam atau biru, berarti ada bahan lain yang ditambahkan. Warna Henna ini dikenal dengan Black Henna atau Blue Henna. Bahan pewarna hitam ini merupakan bahan pewarna rambut Coal-Tar yang mengandung PPD (p-phenylenediamine).
Namanya juga pewarna rambut, bahan ini tidak seharusnya diaplikasikan ke permukaan kulit karena pada orang-orang tertentu bahan ini dapat menyebabkan reaksi alergi. Oleh sebab itu idealnya pada kemasan pewarna rambut dicantumkan peringatan untuk melakukan Patch-Test (Uji Tempel) sebelum digunakan.Â
Tujuannya tentu untuk mendeteksi adanya reaksi alergi atau tidak. Reaksi alergi yang muncul bisa bermacam-macam tergantung respon tubuh seseorang terhadap zat asing tersebut. Bisa berupa ruam kemerahan, bengkak/benjolan di sekitar area tato, hingga demam sebagai indikasi adanya infeksi bakteri atau virus.

Metode penghilangan tato
Selain konsekuensi terkait bahaya pada kesehatan, hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah justru proses penghilangan tato. Mengapa? Saya yakin mereka-mereka yang telah menato tubuhnya ada yang pernah merasa menyesal. Terutama mereka yang menato dengan tujuan deklarasi cinta (misalnya menato nama pasangannya di salah satu bagian tubuh). Ketika hubungan mereka berakhir alias patah hati, pasti banyak yang menyesal dan ingin menghapus tato tersebut.
Dalam proses menghilangkan atau menghapus tato, dapat dipastikan tidak ada yang tidak mengalami rasa sakit dan kadang menimbulkan efek samping juga seperti perdarahan kecil, ruam dan nyeri. Proses menghilangkan tato ini bisa dilakukan dengan beberapa cara dan yang paling umum adalah:
Laser Removal
Sesuai namanya, prosedur ini menggunakan sinar laser. Namun jangan dipikir prosedur ini sangat mudah dan sebentar. Prosedur ini bisa berlangsung selama beberapa tahap tergantung ukuran tato, karena laser akan ditembakkan ke permukaan kulit mengikuti bentuk tato. Oleh sebab itu prosedur ini juga membutuhkan ketelitan dan kesabaran.
Selain itu warna tato juga mempengaruhi durasi prosedur. Biasanya warna pigmen tato yang lebih terang seperti hijau, kuning dan merah lebih sulit hilang karena setiap warna memiliki kemampuan menyerap panjang gelombang sinar yang berbeda. Sementara itu warna pigmen biru dan hitam biasanya lebih mudah dihilangkan.

Dermabrasion
Prosedur ini menggunakan alat khusus untuk mengikis kulit dan mengangkat lapisan kulit terluar yang ditato.
Baik Laser Removal maupun Dermabrasion, baiknya dilakukan oleh profesional yang berpengalaman misalnya Dermatologis untuk meminimalisasi rrsiko efek samping. Jangan sembarangan menghilangkan tato misalnya menggosok dengan kuat permukaan kulit dengan minyak kayu putih atau aseton (cara ini yang paling saya temui pada mereka yang yang ingin menghilangkan tato temporer).Â
Bila tanda-tanda reaksi alergi mulai muncul setelah aplikasi tato (misal gatal, perih, ruam, dan bengkak), sebaiknya pergi ke dokter untuk memperoleh pertolongan pertama.
Kembali lagi, saya pribadi menganggap tidak ada yang salah dengan menato tubuh karena itu tergantung masing-masing individu. Tapi ada baiknya tidak berlebihan dan selalu aware dengan segala resikonya. Jangan sampai menggadaikan kesehatan sendiri demi terlihat keren.
--Think before you ink!--
Referensi:
FDA (1);Â FDA (2);Â FDA (3);Â SmithsonianÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI