Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mamakku Galak, Mamakku Sayang

2 Januari 2018   15:37 Diperbarui: 22 Desember 2021   08:42 1787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Mamak merepet, boleh dibilang hanya dia dan Tuhan yang tahu kata-kata apa yang akan keluar dari mulut Mamak saat sedang emosi. Saat itu terjadi, saya mungkin saja kesal. Tapi lagi-lagi saya belajar untuk menyeleksi perkataan mana yang perlu saya ingat-ingat dan mana yang tidak, alias masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Dengan begitu saya jadi tidak gampang baper, tersinggung, apalagi sampai sakit hati ketika mendengar omongan yang kurang sedap dari orang lain. Saya belajar untuk bersabar dan berintrospeksi diri.

3. Tidak mudah gugup ketika bekerja di bawah tekanan

Pernah merasa kalau sedang dimarahi tiba-tiba pikiran jadi blank hingga kita bingung harus melakukan apa?

Itu yang saya rasakan ketika Mamak marah-marah sambil menyuruh saya mengerjakan sesuatu. Semakin lambat gerakan saya, semakin marahlah dia.

Namun kemudian ini membuat saya belajar bagaimana cara saya supaya tetap tenang sehingga saya bisa tetap berkonsentrasi dan fokus pada apa yang harus saya lakukan dengan benar.

Hal ini sangat bermanfaat dalam situasi tertekan saat di luar rumah. Misalnya saat sedang dihukum guru di sekolah, atau ketika sedang diburu waktu saat ujian, atau saat atasan di kantor marah-marah.

Ilustrasi: playbuzz.com
Ilustrasi: playbuzz.com
Saya percaya dibalik galaknya Mamak, dia ingin anaknya menjadi orang yang sukses karena bagi setiap orang Batak, prinsip "Anakkonhido hamoraon di au" (anakku adalah kekayaanku) sangat dijunjung tinggi. Dan untuk menjadi sukses, seseorang perlu sifat tough. Memang ada banyak cara untuk memperoleh sikap mental yang kuat. Tapi semuanya itu tetap tergantung pada cara pandang seseorang dalam menghadapi situasi yang dialami.

Meski galaknya minta ampun, saya sangat bersyukur punya Ibu seperti Mamak. Saya tidak akan bisa jadi seperti sekarang kalau tidak ada Mamak. Jadi bagi teman-teman yang ibunya juga galak, jangan berkecil hati apalagi marah. Percayalah mereka juga punya hati yang mellow. Galaknya Ibu tetap saja memberi manfaat untuk kita. Kalau tidak sekarang, ya nanti.

Meski Hari Ibu sudah lama lewat, saya tetap ingin membagi kisah ini pada orang lain sebagai bentuk penghargaan saya untuk Mamak. Yah, meskipun belum tentu dibaca Mamak juga sih, karena kebetulan di keluarga kami peringatan Hari Ibu tidak terlalu krusial untuk dirayakan.

Saya yakin kalau saya tiba-tiba muncul sambil bawa bunga dan berkata "Selamat Hari Ibu Mak", Mamak akan berkata dengan cueknya, "Tak usah kau kasih Mamak bunga segala. Jadi anak yang benar saja sudah cukup". Kalau jadi anak yang benar saja sudah cukup, apalagi plus ngasih bunga bank yah. Uhuyy!

Ada benarnya juga sih, Hari Ibu ditujukan sebagai bentuk penghargaan atas kebaikan-kebaikan Ibu. Tapi bagi saya Hari Ibu tidak hanya satu hari, melainkan setiap hari. Berusaha membuat orangtua senang sebaik dan semampu kita sebagai rasa terima kasih, pastilah lebih berarti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun