Tingginya biaya pernikahan di Indonesia telah menjadi pro-kontra sejak lama. Ada yang keberatan, ada juga yang menganggapnya sebagai suatu keharusan. "Helloww.. ini kan peristiwa sekali seumur hidup. Ya harus heboh dong!"
Saya melihat, mereka kaum Milenial sudah banyak juga yang berpendapat (termasuk saya) bahwa, pernikahan yang meriah tidak harus mewah, yang penting nilai kesakralan dan aspek-aspek adatnya terpenuhi. Lebih baik biaya-biaya tersebut dialokasikan untuk kebutuhan lain di masa depan, semisal properti, investasi hingga liburan dan lainnya.
Meminjam uang untuk kebutuhan pernikahan pasti akan terjadi. Tapi ketika kita meminjam uang dengan berlebihan demi melaksanakan sebuah pesta yang meriah nan mewah, yang ujung-ujungnya hanya membuat kita kesusahan selama berbulan-bulan untuk melunasi hutang usai acara, untuk apa? Biaya yang dibutuhkan untuk modal awal berumah tangga tentu akan lebih besar ketimbang saat kita masih single. Akan lebih baik jika uang tersebut digunakan untuk mencicil rumah masa depan misalnya. Apalagi baru-baru ini ada survei yang dilakukan Rumah 123 yang menyatakan bahwa pada tahun 2020, kaum Milenial akan semakin kesulitan membeli properti (rumah tinggal).
Pernikahan mewah atau tidak, kini kembali kepada masing-masing individu. Yang bisa mengukur kemampuan finansial dan urutan prioritas cuma Anda sendiri. Jadi bijaklah menggunakan uang Anda, karena kita belum tentu selalu berada di atas, dan tidak pula selamanya kita terus berada di bawah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI