"Neng, mau ke mana? Cantik banget. Sini abang temenin mau gak?" Pernah mengalami kejadian itu saat melewati jalan umum? Saya pernah.
Bagi kalian para pembaca, khususnya wanita, mungkin ada yang pernah digoda seperti itu juga. Tapi mungkin tidak banyak dari kita, yang sadar bahwa digoda oleh seorang atau sekelompok laki-laki yang tidak dikenal di jalan seperti itu, sudah termasuk pelecehan seksual. Ah, yang bener?
Yap, bagi yang belum mengenal fenomena ini, pelecehan seksual jenis ini disebut dengan istilah "catcalling" atau "verbal street harassment". Menurut kamus Oxford, kata "catcall" merupakan kata benda yang berarti "a shrill whistle or shout of disapproval made at a public meeting or performance" (siulan atau teriakan ketidaksetujuan di depan publik). Dan secara spesifik, "catcall" berarti "a loud whistle or a comment of a sexual nature made by a man to a passing woman" (siulan keras atau komentar yang bersifat seksual yang dilakukan oleh seorang pria kepada wanita yang lewat). Jadi jelas, "catcalling" bukanlah merupakan suatu bentuk pujian.
Mungkin beberapa wanita ada yang bersikap cuek saja kalau disiul-siul atau digoda pria tidak dikenal di jalan, sepanjang tidak disentuh secara fisik. Tapi jelas sebagian dari mereka akan merasa terganggu atau mungkin takut dan tidak aman.
Biasanya fenomena "catcall" ini akan muncul ketika seorang wanita berparas cantik atau berpakaian yang lumayan seksi lewat di depan sekelompok pria. Misal di dekat halte bus atau stasiun kereta, di persimpangan jalan, di sekitar jalan pertokoan dan sebagainya. Kalau siang hari mungkin tidak terlalu "mengancam" karena masih banyak orang di sekitar. Tapi kalau malam? Tentunya kita sebagai wanita bisa ketar-ketir, bahkan sebelum sampai di depan mereka.
Jangankan berparas cantik dan berpakaian seksi, wanita yang parasnya biasa-biasa saja dan berpakaian sopan tetap saja ada yang menggoda. Termasuk saya (cieileeehh!). Kalau sudah begini, jelas hak para wanita untuk memiliki kebebasan berekspresi dalam berpakaian menjadi terbatas. Mau berpakaian seperti apapun, wanita tetap rentan terhadap tindak kejahatan.
Perlu disayangkan karena ternyata fenomena catcalling ini masih dianggap lumrah di Indonesia. Alasannya ya itu tadi, sepanjang tidak ada sentuhan fisik. Meskipun tetap saja menimbulkan rasa takut, cemas dan tidak aman bagi korbannya.
Lalu apa yang bisa kita lakukan saat mengalami hal ini? Yah, saya memang bukan pakar atau ahli tentang isu sosial terutama yang berkaitan dengan wanita. Tapi apa yang ingin saya bagi disini sebagian memang pernah saya lakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Berpakaian yang pantas dan sopan
Sudah bukan rahasia umum, kebebasan cara berpakaian di tempat umum di Indonesia tidak seperti di negara-negara barat sana. Jadi untuk meminimalisasi catcalling atau tindakan yang lebih jauh, berpakaianlah dengan sopan alias tidak "buka-bukaan", kecuali Anda menggunakan kendaraan pribadi dan sedang mengunjungi tempat-tempat yang agak "berkelas".
Hindari jalan-jalan sepi di malam hari
Ini sih sudah jelas ya. Malam hari tingkat kejahatan bisa lebih tinggi, apalagi di jalan-jalan yang sepi dan tidak ramai. Kalau terpaksa harus melewati jalan sepi, mintalah untuk diantar atau dijemput oleh orang yang kita kenal.
Kontak mata
Ini yang paling sering saya lakukan kalau tiba-tiba ada yang catcalling. Daripada hanya sekadar cuek, lemparkan pandangan judes Anda kepada mereka yang catcall Anda sambil tetap berjalan, tapi tidak perlu menyumpah atau memaki. Biasanya cara ini cukup membuat mereka sadar akan ketidaksukaan kita sekaligus membuat kita tampak lebih superior dan berani (meski dalam hati kita ketakutan setengah mati).
Telepon palsu
Ini juga pernah saya lakukan. Saat Anda melihat akan melewati orang atau sekelompok orang yang mencurigakan, pura-puralah menelepon sambil berjalan di depan mereka. Katakan "Iya, gue udah deket nih. Nunggu di sebelah mana?". At least mereka tahu, bahwa kita tidak sendirian di sekitar daerah itu.
Lalu bagaimana kalau kita berada di posisi sebagai orang yang menyaksikan kejadian yang sedang berlangsung?
Cari bantuan orang lain
Kalau menurut kita tidak bisa membantu korban seorang diri, cari orang lain di sekitar yang bisa dimintai bantuan (pria lebih baik). Biasanya mereka akan mundur kalau ada orang lain yang mulai terlibat.
Pura-pura kenal dengan korban
Alihkan perhatian pelaku dengan membuat semacam gangguan seperti, menggamit lengan korban tiba-tiba sambil berkata "Ya ampun, ternyata gue ketemu lo disini. Ayo cepetan, kita udah ditungguin yang lain". Lalu pergi secepat mungkin dari lokasi.
Intervensi langsung
Nah ini kalau Anda sendiri memang punya nyali besar, jago karate atau tinju atau muay thai. Hampiri pelaku dan hardik dia / mereka sambil membentak. Ada kemungkinan pelaku akan bertindak nekad, sehingga kita sendiri perlu yakin memiliki skill atau kekuatan fisik untuk bisa melawan mereka. Tapi kalau ini sih, saya lebih berharap 'pangeran berkuda putih' yang muncul. Biar kayak di drama-drama Korea gitu deh. Hihihi..
If it's unwanted, it's harassment.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI