Loket akan dibuka pukul lima sore dan Anda akan diberi selembar kertas berisi summary tentang cerita Tari Kecak. Ketika Anda berencana menonton ini, ada baiknya tiba lebih awal supaya Anda bisa duduk di tempat dengan view yang bagus, yaitu di bagian tengah teater yang menghadap lurus ke arah laut dan tebing karang.Â
Tempat ini biasanya akan lebih cepat terisi dibandingkan kursi lainnya. Meskipun harus berpanas-panas sedikit karena pas menghadap matahari, tapi saat matahari mulai tenggelam, percayalah Anda tidak akan menyesal karena kamera Anda akan mendapatkan angle yang terbaik.
Tari Kecak Uluwatu yang selain dibawakan oleh puluhan penari pria tanpa satupun instrumen musik ini, juga menampilkan cerita pewayangan tentang Rama dan Shinta.Â
Sekitar pukul enam sore saat langit mulai berubah warna menjadi degradasi jingga-lembayung, puluhan pria ini akan muncul sambil berteriak ‘Cak’ bersahut-sahutan.Â
Saya dan para penonton lain yang sudah memenuhi tempat duduk teater berbentuk setengah lingkaran mulai hening memperhatikan mereka mengelilingi obor yang sebelumnya sudah diperciki air suci.Â
Pemandangan sekelompok penari dengan latar belakang langit sore serta tebing karang yang terhempas ombak air laut sungguh membuat suasana terasa sangat mistis.
Dari semua adegan itu, kemunculan Hanoman adalah yang paling disukai para penonton, karena si Kera Putih itu memperlihatkan kenakalannya layaknya seekor kera. Dia akan melompat ke sana-kemari mengerjai beberapa turis sehingga para penonton tertawa. Ceritanya juga tidak ditampilkkan berbelit-belit sehingga satu jam berlalu tanpa terasa bosan.
Di teater kecil itu meskipun hanya satu jam, seluruh bangsa di dunia dari berbagai ras, warna kulit, bahasa dan budaya yang berbeda, berkumpul menjadi satu untuk menjadi saksi salah satu kearifan lokal Indonesia yang sangat indah dan sangat mempesona. Kelak mereka semua akan menjadi duta di negaranya masing-masing untuk menceritakan keindahan alam dan budaya yang sudah mereka lihat di Indonesia.