Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Resiko Fatal Dibalik Tren Skip Challenge & Choking Challenge

10 Maret 2017   16:55 Diperbarui: 11 Maret 2017   02:00 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                

Pernah dengar atau lihat tagar #chokingchallenge? Tagar ini pernah jadi tren beberapa waktu yang lalu. Dan kini ternyata muncul lagi tren yang serupa, yaitu #skipchallenge.

                Apa sih Choking Challenge dan Skip Challenge itu? Kalau Anda ketik tagar ini di Youtube, yang muncul adalah video-video yang memperlihatkan permainan tantangan dengan menekan jalan nafas selama beberapa saat, kemudian melepasnya kembali sehingga didapat sensasi high / lega.

                Choking Challenge pernah populer sekitar setahunan yang lalu. Seseorang mencekik leher temannya selama beberapa saat hingga temannya tampak kehabisan nafas, mata mendelik dan wajah memerah, kemudian dilepaskan secara tiba-tiba. Dan saat melihatnya, saya lebih merasa ini hanyalah sebuah permainan konyol dengan resiko yang cukup berbahaya. Meskipun hanya permainan, nyatanya tetap ada korban yang tewas.

                Baru-baru ini, tren serupa kembali muncul dengan istilah Skip Challenge, yaitu dengan menekan keras dada seseorang hingga kesulitan bernafas, dan pingsan. Dan di video Youtube, Anda bisa melihat bahwa permainan ini sudah dilakukan oleh pelajar-pelajar Indonesia. Dan pertama kali yang terpikir dalam pikiran saya adalah, “Apa sih yang ada dalam pikiran mereka?”

Sumber: indowarta.com
Sumber: indowarta.com
                Ya, saya heran dengan pikiran orang-orang yang melakukan permainan tersebut. Apakah tujuannya hanya untuk mencari sensasi? Pamer kekuatan diri karena sanggup menjalani tantangan? Karena pada dasarnya tidak ada sedikitpun manfaat yang bisa diambil dari permainan  semacam ini.

                Perlu diketahui, tindakan ini sangatlah berbahaya. Kenapa? Dengan menghalangi jalan nafas, berarti suplai oksigen ke dalam tubuh akan berkurang. Oksigen ini sangat penting bagi kelangsungan hidup sel-sel tubuh, terutama sel otak. Kita tidak boleh bermain-main dengan pasokan oksigen ke dalam tubuh, karena kekurangan oksigen dapat menyebabkan kerusakan bahkan kematian sel. Kalau sel tubuh pada umumnya, mungkin masih bisa beregenerasi jika rusak.

                Perlu diketahui, neuron (sel saraf) adalah sel yang sangat sensitif akan kebutuhan oksigen dan tidak dapat beregenerasi jika rusak atau mati. Jadi ketika tubuh mengalami hipoksia / kekurangan suplai oksigen, sel saraf bisa rusak atau mati. Kondisi hipoksia pada akhirnya akan berakibat fungsi organ tubuh lainnya tidak bekerja dengan baik, hingga mengakibatkan kematian. Jadi, apakah mereka sadar bahwa permainan ini resikonya tidak sebanding dengan kesenangan yang didapat?

Ilustrasi Perbandingan Kadar Oksigen terhadap Fungsi Otak (Sumber: anesthesiaweb.org)
Ilustrasi Perbandingan Kadar Oksigen terhadap Fungsi Otak (Sumber: anesthesiaweb.org)
                Kasus kematian akibat melakukan Skip  dan Choking Challenge ini sudah beberapa kali terjadi. Seperti yang diberitakan dalam media online Kompas.com, ada sekitar delapan puluhan kasus kematian yang dilaporkan akibat Skip Challenge. Dan pada Juni 2016 lalu, seorang anak berusia 12 tahun meninggal akibat melakukan Choking Challenge. Umumnya para korban mengenal tren ini dari media internet, kemudian mempraktekkannya. Mungkin awalnya hanya coba-coba, tapi begitu berhasil mereka menjadi ketagihan dan terus menguji batas maksimal tubuh mereka.

                Jika hanya ingin pamer atau menunjukkan kekuatan, mereka bisa saja memilih olahraga yang lebih memacu adrenalin. Misalnya terjun payung, mendaki gunung, lari marathon, berenang dan lain sebagainya. Tipe olahraga ini jelas melatih dan menguji kemampuan paru-paru ‘menangkap’ oksigen. Dan tentunya setiap orang tidak bisa langsung mahir dalam melakukan olahraga semacam ini. Butuh waktu yang lama untuk melatih tubuh. Misalnya para pendaki gunung Everest. Tentunya sebelum mereka pergi menaklukkan ‘puncak dunia’, mereka harus melewati banyak latihan termasuk mendaki beberapa gunung lainnya. Tujuannya untuk melatih paru-paru dan sistem kerja tubuh mereka, karena di pegunungan yang tinggi, kandungan oksigen bisa menjadi sangat tipis.

                Jadi, daripada melakukan challenge yang tidak jelas peruntukkannya, akan jauh lebih baik melakukan olahraga seperti yang sudah disebutkan di atas. Jangan mempertaruhkan nyawa hanya untuk bermain, karena nyawa kita adalah anugerah terbesar dari Tuhan yang patut kita jaga sebaik-baiknya.

Your life is not a simulation; it's the real game. Play wisely.” ― Richelle E. Goodrich

Referensi:

http://health.kompas.com/read/2017/03/10/081700923/.skipchallenge.permainan.seru.dengan.risiko.kematian

http://www.independent.co.uk/news/uk/home-news/choking-game-parents-warn-of-choking-game-craze-after-death-of-12-year-old-son-a7067256.html

http://www.medscape.com/viewarticle/778505_4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun