TENUN DAN GENERASI KREATIF
Industri Kreatif
Kemandirian generasi muda dibutuhkan guna mengisi euforia bagi pemikiran tentang revolusi mental serta perhatian pada industri kreatif. Kretivitas dihasilkan oleh interaksi suatu sistem yang terdiri dari tiga elemen yaitu domain simbolik, dukungan berbagai pihak dan orang kreatif. Domain simbolik biasanya disebut budaya berisi seperangkat aturan, prosedur, pengetahuan, dan informasi, yang didukung oleh individu, institusi, dan jaringan sebagai penjaga pintu yang mendukung, menyaring dan memvalidasi setiap inovasi untuk bisa masuk dan membawa perubahan dalam domain budaya.
Pemahaman sederhana kreativitas adalah menciptakan kebaruan, dengan mencari kebaruan energik, berani berspekulasi, dan menerobos batasan-batasan yang merupakan atribut diri. Kita mempunyai sejumlah kearifan tradisional yang didukung oleh bakat genetik orang Indonesia dalam karya kreatif. Multiple intelegensia yang menakjubkan memang sudah ditakdirkan bangsa Indonesia.
Dalam satu dasawarsa ini, dunia ide tumbuh menjadi sektor ekonomi sendiri, atau disebut industri kreatif. Di dalam industri ini ada bakat, keterampilan, penciptaan lapangan kerja, kekayaan intelektual, produksi dan komsumsi produk budaya, turisme, serta teknologi.
Kretivitas membutuhkan ruang untuk berkembang, juga ekosistem yang kondusif. Beruntung, kita memiliki kultur kolektif di masyarakat yang secara mudah turut membangun beberapa komunitas di dunia kreatif. Bali adalah salah satu kota yang menginisiasi sebagai ruang tinggal bagi kreativitas. Festival budaya, keragaman corak busana, tenunan yang memukau, keunikan kota dimaksud menjadi ruang pengakuan akan kreativitas dan produk – produk yang diciptakan. Peran pemerintah atau korporasi tetap diperlukan bukan untuk menerapkan cetak biru guna mengangkat hambatan serta membuka ruang yang lebih luas bagi kreativitas.
Ekonomi Kreatif
Ekonomi kreatif merupakan suatu konsep yang menggambarkan keterhubungan antara aspek kreatif dan potensi pertumbuhan ekonomi. Pasar domestik dan pasar internasional menjadi ladang bagi kaum kreatif, disamping itu juga harus difasilitasi melalui teknologi komunikasi guna melakukan pembayaran/transaksi penawaran dan permintaan. Dalam kurun waktu tahun 2002-2015, sektor ekonomi kreatif menyerap 11,8 juta orang (10,7%) dari total tenaga kerja di Indonesia. Rata-rata kontribusi terbesar dari bisnis mode sebanyak 32,3%, kuliner 31,5%, dan kerajinan 25,8% dari PDB Nasional, dan Industri ini telah menyumbang Rp642 triliun atau 7,05% dari total Produk Domestik Bruto.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sebagai Salah Satu Penggerak Industri Kreatif
Pekerjaan membangun merek UMKM adalah agenda mahabesar menyongsong guna momentum bonus demografi dan momentum revolusi konsumen kelas menengah. Sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia yang menjadi sektor penyerap ratusan juta angkatan kerja, dan penghasil devisa sekaligus menjadi tameng agar rupiah tidak “KO” melawan dollar, dibutuhkan UMKM yang memiliki global competitiveness.
UMKM membutuhkan suntikan capacity building seperti knowledge, skill,danattitude guna menghadapi persaingan global. Pada 2011 lalu, jumlah UMKM kita mencapai 55,2 juta unit (99,9%), hal ini menunjukkan sektor ekonomi kita didominasi oleh UMKM, bandingkan dengan perusahan besar yang hanya berjumlah 5 ribu unit atau 0,01%. UMKM menyerap sebanyak 101 juta tenaga kerja atau 86,6% dari total tenaga kerja yang berjumlah 117,5 juta dan menghasilkan PDB Rp.4.303,6 triliun atau 57,9% dari total PDB yang berjumlah Rp7,427 triliun.
Komitmen Bank Indonesia “Dedikasi Untuk Negeri” Mewujudkan UMKM Yang Mendorong Ekonomi Kreatif
Dedikasi untuk bangsa merupakan kegiatan yang bermakna melebihi dari filantropis disebabkan kegiatan bisnis sosial ini dapat meningkatkan kemandirian ekonomi bangsa. Salah satu keperdulian BI terhadap industri kreatif adalah dengan menggerakkan perekonomian lokal yang berdikari secara berkesinambungan. Beberapa Industri berbasis UMKM diantaranya tenun Ikat “Wisnu Murti dan Tarum”, yang terletak di Desa Keramas, Kabupaten Gianyar dan Desa Sinabun – Kabupaten Singaraja menjadi bukti “Dedikasi Untuk Negeri” yang telah di implementasikan.
Kearifan lokal berupa kain tenun cepuk dan rangrang merupakan warisan leluhur warga kepulauan Nusa Penida. Proses pembuatannya melalui waktu yang lama disebabkan masih bersifat manual baik peralatan tenun, maupun proses pewarnaannya. Dengan menggunakan pewarna alami seperti dedaunan, dan kulit kayu dan lainnya menjadikan hasil yang ditawarkan bernilai jual tinggi.
- Sebagai bentuk pelestarian budaya lokal, utamanya di Provinsi Bali, KPw Bali berkomitmen melakukan pembinaan diantaranya :
- Menyiapkan tenaga ahli untuk pelatihan
- Bantuan peralatan tenun guna memperkuat keterampilan pengrajin tenun.
Desa Pejukutan telah menerima 81 buah alat tenun bukan mesin, 2 buahalat kelos, dan 1 buah alat hani bumi, 3 gapura.
- Pembangunan atau renovasi workshop, product display, meeting room di masing-masing desa sebagai pusat kegiatan tenun, serta proses pembuatan tenunMemperluas akses pemasaran dengan aktif melibatkan para perajin tenun di pameran berskala nasional maupun internasional. Melakukan motivasi melalui perlombaan Desain Kain Tenun Tradisional pada 2015 guna memeroleh desain yang unik (Beberapa corak ada yang diminati disigner internasional), disamping juga memamerkan hasil desain kreator seni dalam eksebisi kain tenun tradisional Bali.
- Bapak Nyoman Ludra sebagai pemilik “Wisnu Murti Tenun” menyampaikan bahwa dampak yang dirasakan oleh pengrajin sangat menggembirakan, selembar tenun rangrang dibutuhkan 10 hari proses pembuatannya, setelah pembinaan yang dilakukan oleh Bank Indonesia KPw Provinsi Bali, cukup sehari dapat diselesaikan oleh seorang penenun.
-
dokumen pribadi
Bagi Bank Indonesia, pemberdayaan masyarakat dan tanggung jawab sosial merupakan bentuk komitmen akan kepedulian terhadap masyarakat, menjaga kelestarian lingukungan sekitar dan peningkatan ekonomi kerakyatan mutlak dilakukan. Disamping juga beberapa pengembangan masyarakat di bidang lainnya seperti pendidikan melalui bantuan beasiswa, pelestarian komoditas unggulan sapi Bali dengan menjaga populasinya agar tidak punah, serta pelestarian budaya lokal seperti “subak” yang sudah diakui UNESCO sebagai “Bali Culture Lanscape”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H