Perang narasi setiap hari, tentu tak lewat begitu saja seperti angin malam. Ada saat-saat dimana saya begitu kesal dan tak habis pikir dengan salah satu kubu, misalnya; hingga akhirnya emosi meletup juga.
Sudah begitu, ketika curhat saya agak 'terbuka', lah masih saja ada komen yang mengatakan,
"Katanya ga boleh nyinyir, kok situ nyinyir?"
Sebenarnya saya pengen jawab,
"Kok situ banyak protes? Kamu mah nyinyirnya tiap hari, aku mah cuman sekali dalam ratusan purnama."
Tapi toh itu takkan berguna. Sebab orang nyinyir biasanya tak sadar kenyinyirannya sendiri.
Maka biasanya akan saya jawab dengan kalimat,
"Ya, saya sedang menggunakan hak saya untuk nyinyir."
Kagok edan.
Demikianlah, perang pemikiran yang disampaikan lewat narasi ilmiah, tak ilmiah, esai pendek dan panjang, sampai brodkes yang tersebar di banyak WAG, membelenggu kebebasan kita-kita ini, yang memang memilih untuk tetap berusaha adil.
Tak peduli orang mau bilang apa, yang penting kewarasan ini tetap terjaga.