Doa saya terkabul. Mas Yos meraih kertas berisi tulisan saya, dan mengatakan ide saya bagus. Saya menulis soal dampak kurikulum 2013 terhadap para murid Indonesia, dengan mengambil contoh anak saya sendiri.
Ia memuji tulisan saya sebagai "Ini isu yang faktual, menarik sekali!" Ia kemudian juga membacakan dua paragraf pertama tulisan saya, dan mengomentari gaya penulisannya.
Andaikan tak ada karpet yang saya duduki, mungkin saya sudah amblas ke perut bumi, saking kegeeran dan malu dalam waktu yang sama. Ia memberikan feedback pada setiap tulisan secara langsung, didengar semua orang. Oh la la.
Kelemahan saya, ia bilang, adalah fokus. Tulisan saya merambah kemana-mana, hingga angle menjadi bercabang. Ini penting, sebab boleh jadi kita pandai menulis, namun hanya di permukaan, dan tidak secara mendalam.
Pertemuan dengan Mas Yos hari ini; juga mengamati para penulis lainnya, melonjakkan semangat saya. Bahwa memang menulis itu sebuah keharusan, sebab masyarakat membutuhkan ide-ide segar kita, di tengah carut marut negeri ini akibat ulah para politisi busuk di atas sana (kutipan langsung dari kata-kata Mas Yos).
"Beranilah mengirimkan tulisan Anda ke media! Jangan biarkan ia hanya teronggok, hanya Anda tuliskan di status atau blog saja. Beranilah!"
Siap, Mas Yos!
Saya pulang dengan lebih banyak ide menjajah kepala saya, seperti kawanan semut mengerumuni sebongkah gula.
Tiga jam bersama Tempo Institute dan Rumah Cemara menjadi sangat berarti.
Terima kasih Mas Yos, Mas Indra (Rumah Cemara), Mas Tommy (fasilitator) dan semua peserta pelatihan. Kutunggu pertemuan kita berikutnya.