Mohon tunggu...
Irma Susanti Irsyadi
Irma Susanti Irsyadi Mohon Tunggu... -

hanya seorang pecinta kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dilan dan Tuduhan Syiah (yang Perlu Ditelaah Kembali)

2 Februari 2018   22:04 Diperbarui: 4 Februari 2018   15:38 9481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Falcon Pictures

Pada zaman itu, kami tidak paham apa itu Syiah dan Sunni. Meskipun saya sudah tahu sejak lama bahwa Iran identik dengan Syiah. Mengenai Syiah sendiri, setelah dewasa saya baru "ngeh" dengan perbedaannya.

Sudahkah Anda mengerti maksud saya?

Fakta bahwa seorang Dilan, tokoh rekaan Pidi Baiq, yang hidup sebagai remaja di tahun 1990, dan mengidolakan Khomeini (yang kebetulan Syiah), tidak berarti apa-apa. Justru jika Dilan mengidolakan Nelson Mandela, akan sangat aneh, mengingat tahun segitu anak muda Indonesia belum kenal tokoh pergerakan rakyat Afrika Selatan tersebut.

Bapak dan Ibu yang baik,

Setiap zaman biasanya melahirkan idola baru. Dan bagi anak-anak muda, semakin berani si tokoh, akan semakin ia cintai. Sebab di usia muda mereka, para remaja memang sedang memuncak adrenalinnya. Remaja putra tahun 1990-an pasti malu dan melipir jika dianggap menyukai Amy Search, sebab Metallica atau Sepultura terdengar lebih garang dan macho.

Anda tahu Che Guevara? Ia adalah tokoh pemuda penentang kapitalis kelahiran Argentina yang menjelajah Amerika Selatan dan menyerukan persamaan hak bagi kaum proletar dan sinis terhadap kaum borjuis. Hingga hari ini, saya terkadang masih melihat anak-anak muda mengenakan T-shirt bergambar wajah Guevara, lengkap dengan topi baretnya. Dalam hati saya selalu bertanya-tanya apakah si pemakai T-Shirt beneran mengetahui siapa sesungguhnya Guevara, yang tidak hanya terkenal sebagai tokoh antikapitalis, namun juga promarxis?

Apakah salah, jika seseorang mengaguminya? Tidak. Sebab Guevara patut dikagumi untuk semangatnya menentang kapitalisme. Sama seperti Nelson Mandela yang menentang politik apartheid di Afrika dan seorang Amien Rais yang dulu begitu dikagumi sebagai tokoh pemersatu bangsa di era reformasi.

Terlalu dangkal rasanya jika menuduh sebuah novel percintaan remaja sebagai sebuah produk yang wajib diboikot, hanya karena tuduhan yang tidak beralasan.

Anda harus mengerti konteks tahun 1990 kala itu, untuk paham mengapa seorang Dilan yang digambarkan sangat mencintai kebebasan dan anak geng motor mengagumi seorang Khomeini. Jika Anda sudah membaca bukunya, Anda juga pasti tahu bahwa Dilan juga mencintai Buya Hamka dan sudah membaca tafsir Al Azhar karya beliau (Pidi Baiq, setidaknya yang mungkin sudah membaca).

Tapi kan Dilan ditulis tahun 2014?

Betul, namun setting-nya kan tahun 1990. Tidak lucu jika tiba-tiba ada fragmen mengenai JKT 48 di sana, sebab pada tahun itu, yang sedang hits adalah Slank.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun