Nasihat Syaikh Abdul qodir Aljailan
Larangan Menentang Taqdir Allah SWT
Oleh : Irman Muhamad Ridwan
Ahad pagi 3 syawal 545 H beliau menyampaikan nasihatnya pada majlis pertama tentang larangan menentang taqdir Allah SWT, menurut beliau ketika kita menetang taqdir Allah SWT akan mengakibatkan hilangnya agama islam, hilangnya tauhid, hilangnya tawakal dan keikhlasan.
Hilangnya agama artinya untuk menghidupkan agama islam dalam semakin lemah dan luntur salah satunya ketika kita menentang taqdir Allah SWT, hilangnya tauhid artinya mengesampingkan Allah SWT dan mendahulukan selain Allah SWT dalam kehidupannya.
Hilangnya tawakal artinya dalam kehidupanya tidak menggantungkan kepada Allah SWT dia menggantungkan harapanya kepada selain Allah SWT, dan hilangnya keikhlasan mempunyai arti dalam melakukan aktivitas semata-mata bukan karena Allah SWT tapi karena tujuan yang lain selain Allah SWT.
Taqdir merupakan ketetapan yang harus diimani oleh setiap muslim dan merupakan rukun iman yang ke-6 yang harus di Imani dan sudah tertulis dalam kita lauhul mahfud.
Taqdir dibagi dua ada taqdir mubram ( mutlak ) seperti kematian, laki-laki dan perempuam, turun hujan, dan lain-lain dan taqdir mualaq artinya taqdir ini bisa diusahakan oleh manusia seperti: jodoh, kaya,miskin, bodoh, pintar dan lain-lain.
Contoh misalkan kita dalam keadaan miskin kemudian dia tidak menerima kemiskinan tersebut maka itu salah satu menentang tqdir Allah SWT, walaupun dia sudah berusaha tapi Allah SWT takdirkan serba kekurangan dan dia tidak mengimaninya. Artinya apapun yang Allah SWT tetapkan untuk kita baik ataupun jelek maka kita harus mengimaninya. Dan menurut beliau menentang taqdir ini dikarenakan ada nafsu dalam diri manusia. Dan nafsu ini sifatnya menentang.
Menurut beliau apabila nafsu dalam diri manusia di planing dengan baik maka nafsu ini akan menjadi jinak dan bisa diarahkan kepada hal-hal yang baik.
Menurut beliau nafsu itu mengarah kepada kejelekan. Dan bisa di arahkan kepada kebaikan dan akan meninggalkan segala bentuk kemaksiatan.
Dan menjadi nafsu yang tenang. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Fajr: 27-28, “ Hai jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan hatiyang puas lagi diridhoi-Nya”.
Menurut beliau jika manusia sudah mempunyai hati yang tenang maka hilanglah kejahatannya tidak menggantungkan dirinya kepada makhluk atau selain Allah SWT.
Salah satu supaya kita bisa mengghidupkan agama, tauhid, tawakal dan keikhlasan meyakini ketetapan Allah SWT berupa taqdir adalah dengan mengatur nafsu yang jahat menjadi nafsu yang tenang (nafsu Mutmainah) yang akan mengarah kepada kebaikan.
Ternyata menurut beliau kalau seseorang sudah mempunyai nafsu mutmainah maka akan menyamai nafsunya para nabi dan para Rasul seperti nafsunya Nabi Ibrahim dan menurut beliau akan turunnya pertolongan Allah SWT. Allah SWT telah menyelematkan
Nabi Ibrahim karena Nabi Ibrahim hidup agama islamdalam dirinya, mentauhidkan Allah SWT, Tawakal kepada Allah SWT dan hatinya penuhdengan keikhlasan sehingga datangnyapertolongan Allah SWT kepada Nabi Ibrahim AS. Allah SWT menyelematkan beliau dari kobaran api yang sangat panas. “ Wahai api, dinginlah, dan menjadikan keselamatan bagi Ibrahim AS.(Q.S.Al-baqarah:153)
Menurut beliau ketika kita ditimpa dengan taqdir sebagai ketetapan dari Allah SWT menurut beliau bersabarlah. Bersabar menunggu pertolongan Allah SWT dan bersabarlah bersama-Nya. Demikian lah nasihat beliau janganlah menentang taqdir Allah SWT, terimalah Taqdir tersebut dengan nafsu yang tenang ( Nafsu Mutmainah) seperti nafsunya para Nabi dan Rasul sehingga akan mendapatkan pertolongan Allah SWT, dan bersabarlah menunggu pertolongan Allah SWT dengan ketatapan atauTaqdir yang telah Allah SWT tetapkan sehingga akan hidup agamanya, tauhid, tawakal dan keikhlasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H