"Permisi, Mas Prapto!" Terdengar suara dari luar rumah yang memanggil namanya.
Prapto bergegas untuk membukakan pintu untuk orang tersebut.
"Iya, dengan saya sendiri, apakah ada yang bisa dibantu?"
"Begini mas, saya ini seorang utusan yang diamanahi untuk membawakan surat ini kepada mas Prapto" Ucap orang itu dengan mengulurkan sepucuk surat.
Prapto menerima surat tersebut dan langsung membukannya.
Untuk Prapto
Nak Prapto, ini saya bapaknya Ratih, dengan melalui surat ini, saya ingin meminta bantuan nak Prapto untuk anak saya. Memang ini adalah salah saya karena telah memisahkan kalian berdua, kini Ratih mengalami sakit yang sangat parah hingga tidak ada satu pun dokter yang bisa menolongnya. Dia terus memanggil namamu disetiap rintihannya, Buakan tanpa alasan kami meninggalkan desa, tapi memang kami ingin mencarikan obat terbaik untuk Ratih. Sudah lebih dari satu bulan dia sakit dan tak kunjung sembuh, kata orang pintar sakitnya itu karena di guna-guna, tolong jika sudah membaca surat ini, datanglah kerumah kami dengan segera, karena Ratih sudah menunggumu.
Surat yang ia pegang seketika jatuh, Prapto berlari mengambil sepedanya dan mengayuhnya dengan sekuat tenaga. Jalan berlubang, genangan air huajan pun ia terobos sampai hamper tumbang. Tak butuh waktu lama, kini ia sudah didepan rumah sang tercinta. Ia lansung berlari menuju sang pujaan jiwa yang terkapar tanpa tenaga, Prapto menggenggam tangan Ratih setelah sekian lama berpisah.
"Ratih ini aku Prapto, buka matamu sekarang tidak akan ada yang dapat memisahkan kita, karena hari ini bapakmu sendirilah yang memanggilku untuk menemuimu."
Ratih hanya mampu tersenyum sambil meneteskan air matanya.
"Ratih telah disihir oleh orang yang berbahaya, sihir itu akan terus menyiksanya sampai orang itu sendiri yang mencabutnya, aku juga tidak tau salah apa yang telah diperbuatnya, Aku akan melakukan segala cara untuk menyembuhkannya." Jelas bapaknya Ratih