Mohon tunggu...
irma dewi
irma dewi Mohon Tunggu... Editor - ASN

Praktisi komunikasi dan kehumasan pemerintah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Edukasi Publik Tugas Besar Humas Pemerintah

17 Desember 2018   07:13 Diperbarui: 6 Februari 2019   10:33 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiap kali muncul konten yang unik di media sosial seperti video stunt Presiden Jokowi yang viral kemarin misalnya, netizen di media sosial bergelora. Lalu praktisi kehumasan ramai mengatakan: demikianlah seharusnya komunikasi publik dibangun dan begitulah seharusnya praktisi kehumasan bekerja. Saya setuju, dan membenarkan gagasan itu.

Seringkali suatu isu melesat cepat dan viral seketika, atau bisa saja kemudian secepat itu pula lenyap tak berkesan. Bentuk dan cara masyarakat berkomunikasi berubah total berkat ruang-ruang virtual yang diciptakan oleh teknologi informasi dan komunikasi.

Hari ini praktisi humas pemerintah berada pada situasi itu. Apakah bentuk dan cara kerja kehumasan juga harus berubah? Apa yang harus kita lakukan?

Untuk menjawab itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, saat ini karakteristik teknologi informasi dan komunikasi telah menempatkan konten audio visual memiliki keunggulan dibandingkan dengan konten yang bersifat naratif seperti tulisan.

Konten audio visual lebih diminati karena lebih menarik dan meninggalkan kesan yang lebih kuat terutama bagi pengguna media sosial/ netizen. Pesan dan kesan dalam konten audio visual juga lebih cepat dan mudah dipahami masyarakat dengan berbagai latarbelakang tingkat pendidikan.

Teknologi informasi memungkinkan bagi setiap warga net untuk ikut mendistribusikan suatu informasi secara langsung dengan sangat mudah dan murah. Kecepatan dan kekuatan distribusinya luar biasa karena hampir benar-benar gratis.

Akibatnya konten audio visual yang unik dan menarik dalam momen yang tepat dapat menghiasi hampir seluruh ruang-ruang virtual pada saat yang bersamaan paling tidak selama beberapa waktu tertentu.

Kedua, teknologi informasi dan komunikasi yang sudah sedemikian murah bagi kebanyakan masyarakat netizen Indonesia memungkinkan setiap orang untuk bisa memproduksi konten mereka sendiri.

Akibatnya kanal-kanal virtual dibanjiri konten-konten yang sangat menarik dan diproduksi setiap saat dari dunia bisnis, entertainment, dan dunia politik sekaligus untuk merebut perhatian masyarakat.

Oleh sebab itu, setiap konten media dari manapun asalnya akan berkompetisi dengan sangat ketat dan yang paling banyak diminati dapat "menggeser/ menutupi" konten lainnya dengan sangat cepat.

Karakteristik media sosial dan teknologi yang demikian itu memicu masyarakat bisnis untuk memanfaatkan ruang-ruang ini secara masif. Perusahaaan-perusahaan sudah lama masuk dan membangun brand mereka melalui kanal ini, demikian juga dengan partai politik dan entertainer.

Ketiga, kecepatan produksi dan distribusi konten media inilah yang menjadi keunggulan dan kekurangan media sosial dari sudut pandang kehumasan. Mengapa? karena kontennya tidak dapat bertahan lama, cepat melesat cepat juga dilupakan.

Demikian pula kesan yang ditimbulkan, berpotensi hanya bersifat temporer semata. Lalu bagaimana dengan brand-maker (baca: Humas) pemerintah? Apa yang dapat dilakukan untuk membangun kesadaran yang lebih mendalam bagi masyarakat?

Tugas kita bersama adalah mencari konsep program edukasi publik secara sistematis dan bersifat lebih mendasar melalui dunia pendidikan. Meningkatkan manfaat program sinergi kehumasan pemerintah melalui program Forum Bakohumas dan diharapkan dapat membangun kesadaran yang kuat dalam bermasyarakat dan bernegara dengan lebih baik.

Perlu disepakati bersama bagaimana setiap Kementerian dan Lembaga dapat berkontribusi menyusun konten narasi yang paling efektif bagi anak dan remaja usia sekolah, serta mahasiswa di perguruan tinggi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat menjadi Koordinator sekaligus menjadi fasilitator atas gagasan itu.

Humas pemerintah perlu lebih memperhatikan potensi dari masing-masing Kementerian/ Lembaga. Salah satu terobosan yang dapat dilakukan adalah menyusun narasi tunggal melalui bahan ajar bagi anak usia sekolah dan perguruan tinggi.

Setiap Kementerian/ Lembaga dapat mengusulkan pesan-pesan/ "agenda-agenda besar" apa yang akan disisipkan dalam materi pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan tinggi.

Konten-konten edukatif yang mempromosikan setiap "narasi besar" Kementerian dan Lembaga yang akan disusun harus dikaji lebih lanjut untuk menemukan bentuk, jumlah, model, dan ukuran narasi yang paling cocok, mudah dipahami dan dapat benar-benar mempengaruhi kesadaran anak dan mahasiswa dengan lebih kuat.

Portal web yang menyediakan konten informasi publik yang dikemas khusus untuk segmen pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi perlu dipersiapkan dan dibangun oleh setiap Kementerian/ Lembaga. Karena, saat ini anak-anak dan mahasiswa memiliki akses yang luas terhadap gadget yang terkoneksi internet.

Sehingga konten khusus perlu dikembangkan dan harus dipromosikan terus menerus ke segmen dunia pendidikan. Model kampanye edukasi publik ini dapat diterapkan untuk setiap buku bacaan di semua sekolah di seluruh Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun