Tiap kali muncul konten yang unik di media sosial seperti video stunt Presiden Jokowi yang viral kemarin misalnya, netizen di media sosial bergelora. Lalu praktisi kehumasan ramai mengatakan: demikianlah seharusnya komunikasi publik dibangun dan begitulah seharusnya praktisi kehumasan bekerja. Saya setuju, dan membenarkan gagasan itu.
Seringkali suatu isu melesat cepat dan viral seketika, atau bisa saja kemudian secepat itu pula lenyap tak berkesan. Bentuk dan cara masyarakat berkomunikasi berubah total berkat ruang-ruang virtual yang diciptakan oleh teknologi informasi dan komunikasi.
Hari ini praktisi humas pemerintah berada pada situasi itu. Apakah bentuk dan cara kerja kehumasan juga harus berubah? Apa yang harus kita lakukan?
Untuk menjawab itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, saat ini karakteristik teknologi informasi dan komunikasi telah menempatkan konten audio visual memiliki keunggulan dibandingkan dengan konten yang bersifat naratif seperti tulisan.
Konten audio visual lebih diminati karena lebih menarik dan meninggalkan kesan yang lebih kuat terutama bagi pengguna media sosial/ netizen. Pesan dan kesan dalam konten audio visual juga lebih cepat dan mudah dipahami masyarakat dengan berbagai latarbelakang tingkat pendidikan.
Teknologi informasi memungkinkan bagi setiap warga net untuk ikut mendistribusikan suatu informasi secara langsung dengan sangat mudah dan murah. Kecepatan dan kekuatan distribusinya luar biasa karena hampir benar-benar gratis.
Akibatnya konten audio visual yang unik dan menarik dalam momen yang tepat dapat menghiasi hampir seluruh ruang-ruang virtual pada saat yang bersamaan paling tidak selama beberapa waktu tertentu.
Kedua, teknologi informasi dan komunikasi yang sudah sedemikian murah bagi kebanyakan masyarakat netizen Indonesia memungkinkan setiap orang untuk bisa memproduksi konten mereka sendiri.
Akibatnya kanal-kanal virtual dibanjiri konten-konten yang sangat menarik dan diproduksi setiap saat dari dunia bisnis, entertainment, dan dunia politik sekaligus untuk merebut perhatian masyarakat.
Oleh sebab itu, setiap konten media dari manapun asalnya akan berkompetisi dengan sangat ketat dan yang paling banyak diminati dapat "menggeser/ menutupi" konten lainnya dengan sangat cepat.
Karakteristik media sosial dan teknologi yang demikian itu memicu masyarakat bisnis untuk memanfaatkan ruang-ruang ini secara masif. Perusahaaan-perusahaan sudah lama masuk dan membangun brand mereka melalui kanal ini, demikian juga dengan partai politik dan entertainer.