Mohon tunggu...
Irma Muthiah Saleh
Irma Muthiah Saleh Mohon Tunggu... Guru - Guru/Hidaytullah Balikpapan

Berkebun/Agriculture

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merenda Asa

15 September 2022   21:13 Diperbarui: 15 September 2022   21:13 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Napasnya seolah berhenti, tanpa menghiraukan orang disekelilingnya dia menghambur ke arah suaminya yang sedang terbaring dengan mata terpejam. "Pak! teriaknya diiringi tangis. "Saya bawa sembakonya pak, nanti saya buatkan makanan enak buat bapak," lanjutnya dengan terisak. Berulang dipanggilnya sang suami sambil terus terisak keras.


Tiba-tiba mata suaminya perlahan terbuka. Seulas senyum tersungging di bibir tuanya yang makin pucat. Tangannya perlahan meraih tangan istrinya. Ditatapnya sang istri dengan lembut hingga perlahan mata tua itu kembali tertutup. Bersamaan sebuah lafadz Allah terdengar samar dari  bibirnya.  Bu Surti terisak mendapati kenyataan bahwa suaminya benar-benar sudah meninggalkannya.

Ada sesal karena meninggalkan sang suami  sendiri dalam keadaan sakit parah. Dia tidak pernah membayangkan perjalanannya terhalang hujan badai sehingga praktisnya dia meninggalkan suaminya sehari penuh. Namun sebuah kesyukuran bahwa suaminya masih menyaksikan hasil  perjuangannya dan ridha dengan usaha kerasnya untuk memberikan yang terbaik untuk sang suami.

Beriring dengan orang yang mulai berdatangan,  di ciumnya  sang suami dengan lembut. Sejenak kemudian dia beranjak ke belakang, berwudhu dan meluapkan tangisnya dalam sujud panjang. Memohon keselamatan untuk suaminya. Dia telah ikhlas melepaskan lelaki terkasih yang  membersamai  hingga hari tuanya. Mengisi hari-hari bersamanya dalam hidup. Menapaki hari-hari yang tidak  mudah.


Kini dia hidup sebatang kara tanpa suami, tanpa buah hati dan sanak keluarga.
Konon kabarnya di usianya yang masih muda dia pernah melahirkan seorang bayi mungil. Akan tetapi karena kemiskinannya dan kondisi kesehatannya saat itu maka sang putri kecilnya kemudian di adopsi seorang kaya yang sangat merindukan seorang anak.  Hingga kini tiada kabar tentang putrinya. Apakah dia masih hidup atau tidak, dia sungguh tidak tahu. Bahkan seperti apa rupa si anak tak pernah sekalipun dilihatnya karena si anak di ambil saat dia masih dalam keadaan tak sadarkan diri sehabis pendarahan hebat di saat melahirkan.

Nun jauh di seberang pulau, Pak Sulthan, seorang bangsawan kaya raya memanggil anak-anaknya yang memang sengaja di suruh berkumpul untuk suatu perkara yang akan disampaikan. Sudah hampir 50 tahun dia menyimpan sebuah rahasia besar yang tidak pernah di sampaikan kepada anak-anaknya.  

Kurang lebih 50 tahun yang lalu istrinya melahirkan  seorang bayi perempuan, namun usia anak itu tidaklah panjang. meninggal dalam hitungan 7 hari kelahirannya. Sang istri jatuh sakit dan beberapa bulan kemudian meninggal. Sejak saat itu dia bertekad untuk mencari seorang bayi untuk dia rawat. Hingga suatu hari salah seorang ponakannya yang bekerja sebagai bidan mengabarkan adanya seorang  yang melahirkan namun si ibu mengalami pendarahan hebat hingga tak sadarkan diri  dalam beberapa hari.

Bergegas didatanginya klinik bersalin dan meminta kepada bapak bayi itu agar diberi kesempatan merawat bayi tersebut. Karena kekalutannya dan kekhawatiran akan kondisi istrinya  serta  tidak adanya sanak famili yang bisa membantu merawat anaknya akhirnya dengan berat hati dia serahkan buah hatinya kepada bapak tersebut. Bapak yang diperkenalkan oleh bidan sebagai pamannya, bernama pak Sulthan.  Kepada keluarga miskin itu pak Sulthan memberikan sejumlah uang untuk biaya hidup mereka. Termasuk biaya bersalin dan biaya rawat inap ibu si bayi ditanggung olehnya.

Tidak lama berselang setelah mengadopsi bayi mungil itu, pak Sulthan memutuskan untuk melamar seorang perempuan yang masih merupakan kerabat jauhnya dan tinggal diluar pulau.  Kepada perempuan yang akan dinikahinya itu dia sudah mensyaratkan untuk siap merawat bayi yang diadopsinya itu seperti anaknya sendiri.

Dalam suatu kesempatan ketika bayi mungil itu sudah beranjak remaja, dia mengajaknya ke kampung halamannya dengan niat ingin mempertemukan dengan orang tua kandungnya. Namun niat itu tidak  terlaksana karena setibanya di kampung dia mendapat kabar jika suami istri itu sudah lama meninggalkan kampung mereka dan tidak pernah ada kabar beritanya.

Terdorong rasa sayang yang sangat dalam kepada putri angkatnya itu sehingga dia bertekad untuk menyimpan rahasia itu hingga dia mampu menemukan orang tua kandungnya. Namun hingga sang putri menikah bahkan hingga  anaknya sudah menyelesaikan kuliahnya tidak ada sedikitpun berita yang dia dapatkan tentang keberadaan suami istri yang anaknya telah dia adopsi itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun