"Buku merupakan jendela dunia". Demikianlah bunyi slogan yang cukup kondang dan kerap kita jumpai di dinding perpustakaan hingga dinding sekolah. Maksud dari slogan tersebut adalah dengan membaca, kita mampu mengintip keadaan di berbagai belahan dunia meski kita tidak berkunjung secara fisik ke belahan dunia tersebut.
Ungkapan tersebut menyadarkan kita betapa pentingnya membaca buku, bahkan bila perlu kita menjadikan hal tersebut sebagai hobi.
Sebagai penikmat buku kita haruslah bijak dan selektif dalam memilih buku bacaan. Karena dewasa ini sering dijumpai buku yang tidak sesuai standar telah mentereng di rak-rak toko buku maupun di perpustakaan.
Ada berbagai macam cara kita untuk selektif dalam memilih buku yang tepat, salah satunya adalah dengan cara melihat penerbitnya. Sudah banyak penerbit buku yang sangat dipercaya akan eksistensinya, terutama dalam bidang pendidikan. Bahkan ada beberapa sekolah yang mewajibkan seluruh siswanya untuk menggunakan buku dengan penerbit tertentu yang sudah diketahui kualitasnya.
Namun, banyak sekali sekolah yang mewajibkan siswanya untuk menggunakan buku terbitan pemerintah sebagai pedoman mereka dalam belajar. Ya, mungkin pihak sekolah berfikiran bahwa buku hasil terbitan dari pemerintah baik dari Kemendikbud maupun Kemenag itu sudah memiliki kualitas yang sesuai dengan standar dan luput dari kesalahan.
Tidak sedikit yang menganggap bahwa buku terbitan pemerintah itu luput dari kesalahan. Apa benar buku yang diterbitkan oleh Pemerintah tidak ada kesalahan sedikitpun?
"Apa saja sih yang harus dianalisis dalam sebuah buku siswa?" Ada beberapa hal yang dijadikan konten analisis, antara lain: kerelevansian dengan kurikulum, kejelasan konsep, isi materi, ilustrasi, aspek kebahasaan, alokasi waktu, hingga ibrah dalam buku tersebut.
Dalam menganalisis buku ini, penganalisis mampu menghubungkan dengan berbagai cabang ilmu, seperti ilmu psikologi, sosial, budaya, dan lain-lain. Salah satu buku terbitan pemerintah dan sering ditemukan di berbagai sekolah sebagai buku pedoman wajib adalah buku siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VII MTs. Alasan Saya menggunakan buku ini dalam menjawab pertanyaan di atas karena hal buku ini cukup menarik dalam dunia pendidikan Islam.
Dalam proses menganalisis buku tersebut ditemukan beberapa konten yang sudah sesuai dengan ketentuan dan ada beberapa yang tidak sesuai dengan ketentuan. Adapun hasil dari analisis Saya tentang buku siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VII MTs sebagai berikut:
Pertama, kerelevansian dengan kurikulum. Buku ini sudah relevan dengan kurikulum 2013. Buku ini memuat Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan Permenag No. 912 tahun 2013.
Kedua, kejelasan konsep. Untuk kejelasan konsep buku ini memanfaatkan peta konsep dalam menggambarkan materi yang akan disampaikan. Peta konsep yang digunakan juga cukup jelas dan mudah dipahami siswa.