Mohon tunggu...
Irhamna  Mjamil
Irhamna Mjamil Mohon Tunggu... Apoteker - A learner

Pharmacist | Skincare Enthusiast | Writer Saya bisa dihubungi melalui email : irhamnamjamil@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Peunayong, Kawasan Pecinan Aceh yang Kaya akan Keanekaragaman

20 Juni 2021   08:58 Diperbarui: 22 Juni 2021   01:28 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gereja Katolik Paroki Hati Kudus, Sumber gambar : liputan6.com

China town sepertinya ada di hampir belahan dunia, termasuk di Banda Aceh. China town ini pernah menjadi pusat pasar tradisional Banda Aceh hingga pada akhirnya di tahun 2021 dipindahkan. Kawasan ini ada di pusat perkotaan yang membuat banyak orang tak perlu bersusah payah menemukannya. 

Awal mula hadirnya kawasan Peunayong. 

Peunayong adalah kawasan pecinan yang ada di ibukota Aceh yaitu Banda Aceh. Mayoritas penduduk di sini adalah etnis Tionghoa, meskipun begitu tak ada diskriminasi dari penduduk yang mayoritas beragama Islam terhadap etnis ini. 

Peunayong berasal dari kata Peumayong yang artinya tempat berteduh. Di jaman dahulu, kawasan Peunayong ini ditumbuhi banyak pepohonan sehingga asri dan dijadikan banyak orang sebagai tempat berteduh. 

Dikarenakan banyak orang yang berteduh di sini, mereka lebih mudah menyebutnya Peunayong dibandingkan Peumayong. Kata Peunayong pula yang dipakai hingga sekarang karena penyebutannya lebih mudah oleh masyarakat. 

Kawasan Peunayong telah dikenal dari zaman kepemimpinan Sultan Iskandar Muda. Di zaman Sultan Iskandar Muda, kawasan ini dianggap spesial. Hal tersebut karena Sultan menjamu banyak tamu dari Eropa hingga Tiongkok yang berkunjung ke daerah ini hingga memberikan rasa aman kepada tamu. 

Hubungan Aceh dan Tiongkok semakin erat semenjak kedatangan Laksamana Cheng Ho pada tahun 1415 silam dan memberikan lonceng Cakradonya sebagai cenderamata. Lonceng ini masih dipajang di museum Aceh hingga sekarang. 

Kedatangan besar-besaran etnis Tionghoa ke Aceh terjadi pada masa Hindia-Belanda pada tahun 1875. Pada masa ini etnis Tionghoa sengaja dipekerjakan sebagai budak di Aceh. Sejak saat itu banyak dari etnis Tionghoa yang tinggal di kawasan ini. Selain itu, tak ada pemaksaan bagi mereka untuk memakai jilbab karena Qanun yang ada di Aceh hanya memberikan hukuman pada masyarakat yang beragama Islam. 

Wisata kuliner, hingga bangunan tua bersejarah ada di kawasan ini. 

Masih banyak toko di Peunayong yang memiliki gaya arsitektur Cina-Belanda. Pintu dari toko yang bergaya khas ini disusun dengan papan secara vertikal sehingga harus digeser ketika dibuka. Selain itu, atapnya menggunakan seng. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun