Bosan ya ramadhan di tengah pandemi? Sama, saya juga bosan. Ada banyak hal yang terpaksa tidak dilakukan di bulan Ramadhan ini karena pandemi yang tak kunjung usai. Salah satunya mudik. Dulu saat sebelum pandemi, 10 hari terakhir ramadhan selalu menampilkan berita tentang mudik di TV.Â
Momen yang ditunggu-tunggu ketika bulan ramadhan tiba adalah bisa buka bersama dengan keluarga besar yang mudik ke kampung halaman. Momen setahun sekali kata orang. Sayangnya di tahun ini momen tersebut hilang. Selain itu, di malam lebaran biasanya melihat takbiran pun bersama sepupu tak bisa dilakukan.Â
Tak mudik bagi saya tak terlalu berat karena tak merantau kebetulan. Hanya rindu dengan momen keluarga yang mudik ke sini. Bagi anak rantau tentu tak mudik adalah sesuatu hal yang berat, siapa sih yang tak ingin merayakan lebaran bersama keluarga?Â
Meskipun pemerintah telah melonggarkan aturan dengan diperbolehkannya sholat tarawih, dan buka puasa bareng namun, tidak mudik adalah hal terberat di ramadhan kali ini. Di lebaran kali ini, akan ada banyak orang yang bersedih karena tak bisa berkumpul bersama keluarga.Â
Lantas menjalani ramadhan di tengah pandemi, apakah tidak ada hal yang bisa disyukuri? Ada, akan selalu ada kemudahan bersamaan dengan kesulitan.Â
1. Bersyukurlah jika masih bisa merasakan buka puasa dan sahur dengan nikmat.Â
Pandemi mengakibatkan banyak orang kehilangan pekerjaan, sehingga ada banyak orang yang tak bisa mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Jika kita masih bisa berbuka dengan nikmat dan memesan makanan kesukaan untuk sahur, bersyukurlah karena di luar sana banyak yang kesusahan.Â
Di ramadhan kali ini, bisa jadi momen berbagi yang tepat. Selain dapat membuat diri lebih bahagia, pahala yang didapatkan juga berkali lipat digandakan oleh Allah.Â
2. Cobaan diberikan Allah agar kita lebih kuat.Â
Apa yang membedakan orang sukses dengan orang malas? Orang sukses lebih kuat dalam mengejar mimpi-mimpinya, lebih kuat dalam menghadapi ujian jatuh bangun mengejar mimpi. Sedangkan mereka yang malas cenderung ingin ada di zona nyaman.Â
Jangan iri ketika melihat orang yang bisa mandiri secara finansial, dan membeli apa yang mereka mau. Tentu ada perjalanan yang tak mudah untuk menggapainya. Proses dalam mengejar mimpi itu berat, karena itu hanya orang-orang kuat yang mampu.Â
Diberikan cobaan ketika pandemi artinya Allah sedang mengajari kita agar lebih kuat. Hal tersebut tentu harus disyukuri karena dari banyaknya manusia kita yang dipilih. Sesekali mengeluh tidak apa-apa yang penting jangan menyerah.Â
3. Â Dilarangnya mudik seharusnya membuat kita paham betapa berharganya "keluarga".Â
Di era digital ada banyak cara untuk tetap berkomunikasi dengan keluarga. Selain itu, dapat juga mengirimkan hadiah lebaran disertai kartu ucapan.Â
4. Lebih leluasa beribadah dan belajar hal yang baru.Â
Di tahun sebelum pandemi memang ada kelonggaran bagi pekerja untuk pulang lebih awal. Meskipun begitu tetap saja ada banyak tugas yang harus dikerjakan, belum lagi berkutat dengan kemacetan di jalanan.Â
Pandemi membuat banyak karyawan masih melakukan work from home, atau jika harus bekerja, kerjanya pun tak setiap hari dan jamnya pun terbatas. Tentu saja ini harus disyukuri karena dengan begitu kita dapat beribadah lebih leluasa.Â
Selain itu, waktu yang banyak dan rindu rumah membuat banyak orang coba memasak masakan yang biasa dimakan di rumah. Banyak orang yang tadinya tak pernah ke dapur tiba-tiba bisa memasak. Memasak masakan yang sering dibuatkan ibu sedikit mengobati kerinduan akan kampung halaman.Â
5. Bersyukur karena masih diberi nikmat sehat.Â
Ramadhan di tengah pandemi membuat saya lebih peduli dengan kesehatan dan bersyukur masih diberi nikmat sehat. Di luar sana ada banyak orang yang harus diisolasi dan berjuang melawan virus covid-19. Jika sebelumnya menu berbuka saya cenderung ke gorengan kini saya menggantinya ke buah-buahan dan smoothies. Saya juga memperbanyak mengonsumsi air di kala pandemi.Â
Meskipun ramadhan kali ini harus dijalani di tengah kondisi dunia sedang tak baik namun, tetap ada hal yang disyukuri. Selain itu, di tahun ini tarawih dan buka puasa bersama bisa dilakukan. Setidaknya sedikit mengobati kerinduan akibat tak mudik dengan berbuka puasa bersama dengan teman.Â
Selamat menjalankan ibadah puasa ramadhan bagi yang menjalankan. Puasa di tengah pandemi tak mengurangi maknanya namun, seharusnya memperkuat rasa syukur kepada sang pencipta. Selamat pagi, salam hangat, dan maafkan jika ada kesalahan di tulisan saya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H