Generasi Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1995-2014 menurut jurnalis Bruce Horovitz. Generasi Z lahir dan besar seiring dengan kemajuan teknologi. Tak heran mereka sangat akrab dengan teknologi berbeda dengan generasi lainnya.Â
Lahir seiring dengan kemajuan teknologi membuat pola pikir generasi Z berbeda pulam Jika generasi sebelumnya dianggap sangat loyal terhadap satu pekerjaan. Berbeda dengan generasi Z yang multitasking dan suka kebebasan. Tak usah jauh-jauh melihat contoh, lihat saja selebgram di Instagram. Pekerjaan mereka tentu tak hanya sekedar posting foto di Instagram lalu dibayar, mereka pasti memiliki bisnis, akun youtube, dan lain sebagainya.Â
Bukan hal baru lagi jika generasi Z sering dicap sebagai kutu loncat. Mereka suka berpindah-pindah pekerjaan dan dianggap tak pernah betah berlama-lama di satu kantor. Saya rasa anggapan ini benar karena melihat sendiri realita di lapangan.Â
Jika dulu posisi ASN dianggap sebagai posisi yang prestisius kini malah tak menarik di mata generasi Z. Jika dulu banyak karyawan yang melakukan promosi brand kini generasi Z lebih memilih untuk personal branding. Tak dapat dipungkiri keberadaan teknologi membuat pola pikir generasi ini berbeda.Â
Alasan untuk mengundurkan diri versi generasi Z pun bermacam-macam. Ada yang dikarenakan gaji, ada juga hal-hal lain. Tak melulu soal gaji berdasarkan riset kecil-kecilan saya di lapangan, ada 5 alasan mengapa generasi Z memutuskan untuk resign.Â
1. Lingkungan Kerja yang ToxicÂ
Sebut saja namanya Tia yang memutuskan untuk resign setelah bekerja selama 1 tahun 6 bulan. Kedekatan kami berdua membuat saya penasaran mengapa ia memutuskan untuk resign. Padahal dilihat dari gaji yang lumayan besar, serta posisi kantor yang strategis seharusnya menjadi keunggulan tersendiri baginya.Â
Ia memutuskan untuk resign karena lingkungan kerja yang toksik. Bosnya sering membebani pekerjaan di luar jobdesk seharusnya yang seharusnya. Selain itu kondisi karyawan yang banyak dianggapnya penjilat menambah rentetan alasan ingin resign.Â
2. Menyukai KebebasanÂ
Bukan hal umum lagi jika generasi Z memang dianggap sebagai generasi yang menyukai kebebasan. Lingkungan kerja yang biasanya datar tak sesuai dengan sifat generasi Z.Â
Tak heran adanya pekerjaan yang disebut freelance banyak peminatnya di era sekarang ini. Bagi teman-teman saya yang freelancer, uang tak akan mampu membeli kebebasan yang mereka mau. Selain freelancer, tren pekerjaan sebagai seorang content creator juga menarik minat mereka. Seorang content creator dianggap memiliki kebebasan sendiri dan tetap mampu menghasilkan uang yang banyak.Â
3. Ingin BerbisnisÂ
Ada satu kalimat yang menarik yang saya temukan di satu platform. Ada seseorang yang bertanya apa alasan seseorang memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha. Lalu ada yang menjawab bahwa menjadi seorang karyawan tak akan mampu membeli mobil BMW atau Pajero sport beserta rumah mewah.Â
Jawaban tersebut sukses membuat otak saya berpikir. Ada benarnya juga perkataan tersebut. Teman-teman saya pun banyak yang keluar dari pekerjaannya untuk merintis bisnis.Â
4. Pekerjaan yang Dilakukan bukan PassionÂ
Passion adalah kata yang sering digunakan untuk membangkitkan motivasi. Pekerjaan yang paling nikmat adalah bekerja sesuai passion. Passion sendiri dalam kamus bahasa Inggris Indonesia artinya gairah. Lebih tepatnya kesenangan ketika melakukan sesuatu. Bekerja sesuai passion tak akan membuat kita bosan dan jenuh, karena selalu ada tujuan yang ingin dicapai.Â
Passion sendiri adalah alasan bagi generasi Z untuk resign. Pekerjaan yang dilakukan selama ini banyak tak membuat bahagia.Â
5. Mencoba Tantangan BaruÂ
Teman saya bahkan dalam setahun ada 3 kali berganti pekerjaan. Ada pekerjaan yang dilakukanya hanya dalam waktu 1 bulan. Ada yang karena lingkungan kerja tak cocok namun, alasan yang lebih dominan adalah dia cepat sekali bosan.Â
Dia cepat sekali bosan dengan pekerjaan yang datar dan tertarik untuk mencari pekerjaan dengan jobdesk yang lebih menantang. Cepat bosan memang tipikal generasi Z sehingga banyak perusahaan yang  kewalahan.Â
Generasi Z dibalik label "kutu loncat" tentu memiliki banyak kelebihan dan membawa pengaruh yang baru dalam kultur kerja. Contohnya saja kemunculan banyak perusahaan start up yang membebaskan karyawan untuk bekerja di mana saja asalkan pekerjaan tersebut selesai menjadi tren baru yang positif. Di generasi Z juga banyak bermunculan pekerjaan baru seperti youtuber, beauty vlogger, menandakan di balik label " kutu loncat" generasi ini juga memiliki kreativitas.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI