Dampak-dampak ini harus dibuat tantangan dan direspon secara sigap, baik oleh pemerintah dan kesadaran individu. Bahwa perkembangan suatu peradaban tidak hanya dimulai dari gebrakan penyakit, tetapi juga kesadaran akan pembangunan bangsa yang progresif dan maju. Menolak tertinggal.
Setelah saya membaca koran Kompas edisi cetak yang terbit pada (22/08/22), ada hal menarik yang saya temukan dari topik pembicaraan Erik Thohir, Menteri BUMN Indonesia. pemimpin masa kini haru melek dengan pentingnya literasi digital.Â
Pembicaraan itu mendiskusikan terkait pemimpin revolusioner yang harapannya dapat membuat Indonesia maju dengan giat literasi digital.Â
Pemimpin inklusif dan revolusioner setidaknya harus memiliki tiga prinsip ini: pertama, tujuan yang dituju harus jelas. Kedua, selalu mengembangkan kapabilitas. Ketiga, mengembangkan jaringan literasi.
Artinya, pemimpin saat ini harus mampu menjawab dan mengatasi gejolak dari pada dampak COVID 19. Bagaimana menangani gangguan emosional secara kolektif.Â
Membalikkan keadaan new normal dengan sejatinya bahwa COVID 19 harus dilawan dan dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Dan dengan tantangan literasi digital, baik pemerintah dan individu wajib menempatkan kesadaran terkait pentingnya penguasaan literasi digital agar dapat jernih melihat semua tindakan, perbuatan, dan pembaharuan yang dibangun oleh peradaban zaman. Dengan begitu, ketahanan suatu bangsa dalam menghadapi berbagai masalah tidak mudah dilunakkan atau dikendalikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H