Hal ini jelas melahirkan kesenjangan sosial di antara orang sehat dan pengidap COVID 19. Akhirnya, Orang kemudian mengambil jarak, seperti ada stratifikasi manusia antara "aku yang sehat bugar" dan "kamu yang kurus berpenyakitan".
Kesenjangan itu kemudian menghasilkan gaya hidup yang berbalik 180 derajat dengan sebelum COVID 19 menyapu Indonesia. Pemandangan yang sebelumnya terlihat harmonis dan rukun, saat pandemi atau setelahnya, nampak ada perubahan karakter dan pola kehidupan yang cenderung apatis dan individualis.Â
Gaya hidup apatis menggambarkan secara jelas bahwa orang-orang kemudian acap kali peduli atau belas kasih satu sama lain karena berbagai aturan pandemi COVID 19 yang mendesak untuk bekerja dari rumah, phk besar-besaran, dan kebijakan blur yang mengakibatkan kemerosotan ekonomi besar, perpeloncoan subur, dan kriminalisasi merajalela. Akibatnya, sebagian besar orang enggan melakukan tindakan belas kasih sebab ada beberapa tanggungan yang harus diselesaikan.
Dalam hal individualis, dengan aturan yang ketat terkait ketidakbolehan berkerumunan dan kontak fisik selama pandemi, orang tidak lagi terbiasa bercengkrama, bercanda, dan bersenda gurau saat sebelum COVID 19 menyapu Indonesia.Â
Dipastikan orang-orang memilih ambil jarak dan kemudian mengurung diri di rumah bersama keluarga dan sanak saudara. Artinya hubungan sosialis humanis ini berpotensi runtuh.Â
Harus diakui bahwa sebaik dan sebijak regulasi yang diterapkan oleh pemerintah dalam menghadapi COVID 19 masih terkalahkan dan ini kemudian menjadi pekerjaan besar bagi pemerintah untuk menyehatkan kondisi dan situasi yang berkelainan ini.
Sementara dalam kecakapan literasi digital, beberapa media seperti The Guardian menyebutkan bahwa digitalisasi adalah tawaran terbaru untuk mengakomodir pola kehidupan setelah pandemi.Â
Kecakapan digitalisasi bakal menjadi pengendali utama dan konsumtif untuk meringankan pekerjaan-pekerjaan di masa serba jarak jauh. Penggabungan alat-alat tradisional dan canggih bakal menjadi titik refleksi bagi pemerintah terkait design terbaru dalam membangun kemajuan bangsa.Â
Sejauh ini, fakta pengembangan digitalisasi telah terbukti pada penggunaan BBM elektronik. Sedangkan di lini lain, pemerintah juga perlu membina dan mengadakan pemberdayaan digitalisasi dalam ruang pendidikan.
Harus ditangani serius
Tantangan pasca pandemi COVID 19 bukan menjadi hal yang menakutkan, justru di situ ada sebuah peluang dan kesempatan untuk membangun kemajuan bangsa secara kolektif. Meski COVID 19 setelahnya membawa dampak masif dalam segi psikologis, pola hidup, gaya hidup, dan kecakapan literasi digital, tetapi sekali lagi itu bukan sesuatu yang sulit.Â