Â
Zaman Pencerahan dan Zaman Gelap"Sekarang ini nggak usum zaman untuk diskusi tatap muka seperti para aktivis 98 karena sudah banyak perubahan-perubahan dengan perkembangan digital", begitu kata salah satu teman kampus saya.
Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, maka kata itu bermakna "sekarang sudah tidak zaman melakukan diskusi seperti para aktivis 98". Ada benarnya kalau teman kampus saya mengatakan seperti itu. Saya kemudian mengamati melalui pintu lain dengan seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya bahwa covid 19 sampai saat ini belum pulih total. Covid 19 masih menempati ranking tertinggi sebagai dalang terkuat pada alur kehidupan masa kini. Mulai dari ekonomi, di mana berbelanja melalui aplikasi online lebih marak. Pendidikan, di mana sistem pembelajaran dimodel jarak jauh juga lebih banyak. Belum lagi sektor-sektor lain kini beralih dari yang tatap muka menjadi papar layar.
Kalau dulu kita ingin membeli bahan pokok dan kebutuhan lainya ke pasar, saat ini kita dimudahkan melalui aplikasi online yang canggih dan variatif. Penyediaan aplikasi ini memudahkan akses memperoleh kebutuhan secara praktis. Selain itu, pelajar masa dahulu dapat bersekolah dan berkampus secara normal, dapat menikmati suasana abu-abu, dapat bercanda bareng, dapat bermain bareng, saat ini para pelajar hanya bisa menikmati pembelajaran dari rumah, dari sebuah lingkungan keluarga dan sosial yang belum pasti dapat membantu pertumbuhan proses belajar. Mereka saat ini dibatasi dengan regulasi dan aturan online yang menyekat hak-hak sebagaimana momen mereka.
Tidak bisa disalahkan, Kemajuan teknologi menjadi bagian makhluk padat penting dalam dunia modern. Selain difungsikan untuk menjembatani keadaan yang pelik, kemajuan teknologi juga merambah pada kebangkitan manusia super-power. Mulai dari cerdas mengendalikan perubahan, pintar dalam memfasilitasi kerumitan, hingga mampu Menciptakan otak (kecerdasan buatan IT). Ini menjadi bukti nyata bahwa manusia super power bermisi untuk mengentaskan kebebalan dan primordial masyarakat zaman dahulu. Manusia super-power ingin terus memoles kekurangan untuk membuat dunia semakin maju dan pesat. Meski demikian, ada sebuah keharusan untuk mengkaji ulang semua perkembangan itu dengan pendekatan filosofi uang keping, di mana ada zaman (pencerahan) dan (kegelapan).
      Keping pencerahan
Sisi pencerahan ini bukan ditafsirkan dalam bentuk menerangi rumah ketika malam hari, melainkan sebuah kebangkitan dari penyanderaan zaman dibarengi dengan tiada habisnya perjuangan dan perlawanan. Seperti, Soekarno memperjuangkan kemerdekaan rakyat Indonesia dari penjara penjajahan. Bung Hatta, mengentaskan kedunguan kritis melalui 7 karyanya. Pramoedya Ananta Toer membedah kesetaraan hak cinta melalui novelnya. Ra. Kartini melambungkan hak kesetaraan kaum perempuan. Dan masih banyak lainnya. Mereka semua lahir pada zaman serba semrawut yang mencoba membangkitkan dimensi manusia untuk berfikir kritis dan sehat dalam menghadapi paradigma modern yang tak terelakkan.
Tidak hanya itu, pejuang dan pe-lawan dari belenggu kejahatan masa lalu juga banyak ditemukan di belahan dunia, mulai dari Samuel Leibowitz, seorang pengacara terkenal Amerika yang membebaskan 77 terdakwa hukuman mati. Mahatma Gandhi, Pejuang anti kekerasan dengan konsep Satyagraha dan Ahimsa. Martin Luther King pejuang hak sipil kulit hitam dan kulit putih. Selain itu, setelah dunia menuju evolusi modern, pejuang dari belenggu kedunguan dan kebodohan juga dikembangkan melalui teknologi untuk membaharui demografi manusia, seperti Bill Gates pengembang perangkat lunak (Microsoft) yang menjadi penyempurna kepenulisan digital penting saat ini. Mark Zuckerberg pemilik perusahaan internet (google) yang membuka luas jendela pengetahuan.
Mereka semua adalah pejuang untuk mengentaskan ketertinggalan zaman yang akut. Perjuangan mereka tidak bisa dianggap remeh-temeh karena melibatkan darah dan nyawa. Pikiran dan nalar, serta usaha-usaha berkelanjutan tiada akhir. Namun belakangan, aksi-aksi mereka dilumpuhkan dengan kekuasaan-kekuasaan yang sengaja ingin menghancurkan nama baik mereka pada sumbangsih Sumber Daya Manusia dan Bumi. Kekuasaan saat ini mulai berani mencederai itu demi kepentingan-kepentingan yang menjanjikan. Â
      Keping gelap
Tidak menutup kemungkinan di zaman modern yang serba dinamis, nama baik para pejuang  pencerahan digelapkan dengan aksi-aksi jahat yang sengaja mencari sensasi dan keuntungan. Seperti, Kudeta Gus dur yang dianggap tidak becus memimpin negara. Pembunuhan jurnalis Jamal Ahmad Khashoggi, yang dianggap membahayakan sistem dan hubungan politik kerajaan Arab. Kecerdikan Soeharto dalam memanfaatkan propaganda politik. Ketidakjelasan sistem, visi, dan misi pendidikan yang merdeka namun melarang andil dalam gerakan demokratis (dekritis). Membedakan kesetaraan hukum dan tempat tinggal Setya Novanto dengan pidana-pidana kelas rendah.
Tidak hanya itu, kasus-kasus yang menyelewengkan undang-undang Hukum sebagai tatanan moral dan kesejahteraan manusia juga dieksploitasi oleh pihak yang memiliki wewenang tinggi dan berpengaruh. Seperti kasus Jaksa Pinangki dan lain sebagainya. Mereka semua adalah penjahat kelas kakap yang telah mengeruk harta dan jatah hak-hak rakyat. Namun, mereka dibebaskan dengan perubahan remisi. Kalau kita menilik hukuman di korea saja, sudah pasti para koruptor tidak akan berani beternak apalagi membuat sarang di Indonesia.
Belum lagi penipuan berkedok investasi dan iming-iming kaya instan juga meresahkan dan merusak nama baik pemilik internet dan software. Ini bukan masalah sepele, mesin internet yang seharusnya menjadi fasilitas untuk memudahkan dan membantu manusia dalam mengakses seluruh kebutuhan malah dibuat aksi penipuan. Kasus Indra Kenz dan para afiliator lainya harus dituntaskan dan dihabisi sampai pada akar-akarnya karena telah membodohi seluruh elemen masyarakat. Tidak hanya itu, kemarin marak kasus terpapar pornografi oleh anak-anak juga telah mencederai dan menggelapkan masa depan anak-anak. Dalam hal ini, butuh telaah serius untuk dan penanganan secara cepat untuk menanggapi dan mengentaskan perilaku-perilaku zaman gelap agar tidak membunuh eksistensi perjuangan dan perlawanan zaman pencerahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H