Mohon tunggu...
Muhammad Irham Maulana
Muhammad Irham Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hidup Untuk Menulis dan Menulis untuk Menghidupkan. Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Jangan biarkan kata-kata bersarang di kepala. Biarkan ia menyelinap ke dalam kertas dan berkelana di halamannya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Solusi Mandiri Hadapi Marak Klitih dan Begal

7 April 2022   22:54 Diperbarui: 11 April 2022   07:41 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lokasi-lokasi sepi merupakan tempat utama pelaku klitih dan begal dalam menjinakkan targetnya. Di lokasi sepi, kode pemberitahuan korban, semisal berteriak atau upaya-upaya permintaan tolong, tidak akan berfungsi sebagaimana terdengar jelas pada tempat yang ramai. Disinilah, pelaku dapat memeras benda-benda berharga milik korban secara leluasa. Pelaku mengancam dengan cara melukai bahkan tak segan membunuh jika korban menolak dan melawan untuk melancarkan aksinya. Ini menjadi sesuatu mawas diri bagi siapapun, terutama para pekerja pada malam hari. Mengutamakan keselamatan diri dengan menghindari jalanan sepi jauh lebih penting dibanding harus rugi bahan bakar dan tenaga akibat putar balik melewati jalan panjang dan ruas jalan yang dipadati orang.

            Keempat, kenali motif kejahatan

Semakin ketat tingkat keamanan semakin variatif pula tipe kejahatan. Premis ini tidak dapat dipisahkan, seperti firasat seorang ibu terhadap anaknya. Mereka secara seksama berupaya unjuk penanganan. Keamanan berusaha melerai kejahatan lewat cara regulasi. Kejahatan berusaha mengendalikan keamanan dengan cara bersembunyi. Motif kejahatan pelaku klitih dan begal dapat diidentifikasi pada dua hal. pertama, motif kebutuhan ekonomi. Kebutuhan ekonomi yang menyeruak menjadi alasan bagi para pengangguran untuk mendapatkan barang berharga dengan cara cepat dan instan (tidak bekerja keras). Kedua, hedonisme. Mengikuti trend dan termakan gaya hidup glamor memicu seseorang yang tidak memiliki uang banyak untuk melakukan perbuatan haram. Tidak menutup kemungkinan, ketika finansial menciut, aksi-aksi pindah tangan menjadi solusi alternatif.

Pada praktiknya, pelaku klitih dan begal dalam menjalankan motif pertama biasanya menerapkan mimik wajah perlu dikasihani. Pelaku mengelabui korban dengan perilaku-perilaku seolah butuh pertolongan. Korban yang merasa iba tentu menolong pelaku tanpa curiga. Pelaku kemudian meminta kepada korban untuk mengantar ke suatu lokasi sepi yang sudah direncanakan. Di situ, babak penyisihan dimulai. Dalam motif kedua, pelaku klitih dan begal biasanya menerapkan metode "iming-iming". Metode ini berupa bujukan atau rayuan berkedok penipuan, seperti memberi pekerjaan dengan gaji menjanjikan. Ketika korban diminta oleh pelaku untuk menuju lokasi yang disepakati, disitulah pelaku dan rekan-rekanya melucuti barang-barang berharga dan mengeksekusi korban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun