Puisi: Padi Menyisih
Apalagi yang kau cari dan dapati, sementara yang diibaratkan orang bijak “gudang ilmu” kini mulai ringkih.
Sederet tanah telah ditimpa sekardiu megah dengan keelokan dan kemewahan yang tak terelakkan.
Menggerus dan membentang ukur tanah yang lama-lama tinggal bebatuan dan kegersangan yang menyiksa burung dan sejumlah makhluk hidup
Membunuh udara segar, hangat matahari dan pemandangan yang selalu dinikmati bocah menjelang sekolah di pagi hari
Apalagi yang kau cari anak muda ? , aku kini termangu dan sempat dibiarkan begitu saja ketika dari dulu aku menghidupimu mulai pagi hingga malam
Mulai para bapak unjuk kening keriput, dahi mengernyit , hingga punggung menghitam merawatku seperti engkau dirawat mereka
Mulai dari ibu unjuk kaki berongga, tangan terlihat kusut, baju yang lusuh, juga sama dalam titian atau tarian.
Apa lagi yang yang ingin kau dapati wahai para penguasa ? Belum puaskah engkau? Merudapaksa rumahku dengan segerombolan nafsu bejatmu?
Memporak-porandakan mereka yang telah menjadikanku hidangan sedap dan nutrisi untuk menghadap sang pencipta
Merampas sesuap hak dan kewajiban sebagai makhluk yang hidup sejahtera
Aku perlahan mulai kau ubah dan ganti
Dengan dalih-dalih mu membawa maju-maju dan maju
Yang sebenarnya merantai dengan halus bak singa mengintai mangsa
Yang sebenarnya memalak dengan kasar bak anjing galak yang terus menyalak
Sudikah engkau memberi sedikit ruas dan rumah bagiku,
Untuk sekedar hidup sementara waktu sebelum semua tiada
Malang, 7 April 2022
Oleh: Muhammad Irham Maulana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H