Mohon tunggu...
Muhammad Irham Maulana
Muhammad Irham Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hidup Untuk Menulis dan Menulis untuk Menghidupkan. Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Jangan biarkan kata-kata bersarang di kepala. Biarkan ia menyelinap ke dalam kertas dan berkelana di halamannya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Padi Menyisih

7 April 2022   12:18 Diperbarui: 7 April 2022   12:37 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
this photo taken from https://www.republika.co.id/

            Puisi: Padi Menyisih

Apalagi yang kau cari dan dapati, sementara yang diibaratkan orang bijak “gudang ilmu” kini mulai ringkih.

Sederet tanah telah ditimpa sekardiu megah dengan keelokan dan kemewahan yang tak terelakkan.

Menggerus dan membentang ukur tanah yang lama-lama tinggal bebatuan dan kegersangan yang menyiksa burung dan sejumlah makhluk hidup

Membunuh udara segar, hangat matahari dan pemandangan yang selalu dinikmati   bocah menjelang sekolah di pagi hari

Apalagi yang kau cari anak muda ? , aku kini termangu dan sempat dibiarkan begitu saja ketika dari dulu aku menghidupimu mulai pagi hingga malam

Mulai para bapak unjuk kening keriput, dahi mengernyit , hingga punggung menghitam merawatku seperti engkau dirawat mereka

Mulai dari ibu unjuk kaki berongga, tangan terlihat kusut, baju yang lusuh, juga sama dalam titian atau tarian.

Apa lagi yang yang ingin kau dapati wahai para penguasa ? Belum puaskah engkau? Merudapaksa rumahku dengan segerombolan nafsu bejatmu?

Memporak-porandakan mereka yang telah menjadikanku hidangan sedap dan nutrisi untuk menghadap sang pencipta

            Merampas sesuap hak dan kewajiban sebagai makhluk yang hidup sejahtera

            Aku perlahan mulai kau ubah dan ganti

            Dengan dalih-dalih mu membawa maju-maju dan maju

            Yang sebenarnya merantai dengan halus bak singa mengintai mangsa

Yang sebenarnya memalak dengan kasar bak anjing galak yang terus menyalak

Sudikah engkau memberi sedikit ruas dan rumah bagiku,

Untuk sekedar hidup sementara waktu sebelum semua tiada

           

Malang, 7 April 2022

            Oleh: Muhammad Irham Maulana

             

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun