Saya merasa kurang puas untuk mendefinisikan "trust to satan" sebagaimana di atas. Pengertian itu masih bersifat umum dan tidak memiliki "pengertian komprehensif".Â
Saya baru menemukan penjelasan terkait "trust to satan" setelah membaca buku The Bait of Satan karya John Bevere, penulis buku terkenal dan penginjil asal Amerika.Â
Di buku itu, saya menemukan gambaran jelas terkait "trust to satan" tersebut. Apa makna sebenarnya "trust to satan" dalam buku karya John Bevere tersebut ?
John Bevere menyatakan orang yang menutupi kebenaran adalah mengimani setan "trust to satan": manusia yang jahat dan licik adalah mengimani setan. Merasa aman, benar, berani, dan tak merasa bersalah oleh para pelanggar adalah mengimani setan.Â
Seseorang yang selalu menyembunyikan fakta dan membenarkan yang salah adalah mengimani setan. Siapapun yang berbuat suap-menyuap, tidak menyatakan kebenaran adalah mengimani setan. ringkasnya, orang orang seperti ini bisa dikatakan Tidak mengakui adanya Tuhan.
Definisi tak kalah menarik juga diberikan oleh Brother Nero, seorang peng agung setan, dalam bukunya A Guide to Worship to Satan and Demons, menyatakan semua orang yang sombong, tamak, rakus, ambisius, egois dan doyan esek-esek adalah mengimani setan.Â
Ia mengatakan bahwa syarat utama memanifestasikan setan sebagai tuhan adalah dengan menempelkan sifat-sifat tersebut pada jati diri penyembahnya. Mencermati teori yang diberikan oleh John Bevere dan Brother Nero dapat disimpulkan bahwa orang yang menutupi kebenaran, licik, ngakali, sombong, rakus, ambisius, egois dan suka berzina adalah mengimani setan.
Menutupi kebenaran demi memperoleh "bukan haknya" oleh para pejabat adalah mengimani setan. Mereka yang ngentit jatah rakyat dapat disebut mengimani setan.Â
Para pemimpin negeri yang melakukan lobbying money (politik uang) bisa dikatakan mengimani setan. Pengusaha kongkalikong yang bekerja sama dengan penguasa untuk menguras Sumber Daya baik alam, binatang, dan manusia bisa dikatakan sebagai mengimani setan.Â
Sepak terjang para tokoh-tokoh gadungan mengintimidasi, mendiskriminasi rakyat adalah mengimani setan. masyarakat dengan sombongnya memamerkan jumlah kekayaan tanpa welas asih pada yang kurang mampu adalah mengimani setan.
Tipikal Masyarakat mengadu domba, menebar kebencian, dan terlibat konflik-konflik yang merugikan sesama adalah mengimani setan. Ringkasnya, penguasa dan rakyat yang terlibat dalam berbagai macam bentuk kejahatan tanpa mau bertobat dan kembali ke jalan yang benar dapat dikatakan manusia yang mengimani setan.Â