Mohon tunggu...
M. Irham Jauhari
M. Irham Jauhari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pendiri Terapifobia.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tumpukan Buku yang Tidak Terbaca

20 Juni 2024   11:38 Diperbarui: 20 Juni 2024   11:42 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada kondisi ini, saya memutuskan untuk membeli buku dalam jumlah yang paling minimal. Sebelum membeli buku, saya akan tunda sampai saya benar-benar membutuhkan untuk membeli buku.

Sebelum akhirnya saya membeli buku, pertama saya akan membaca cuplikannya di Google Books. Kemudian membaca resensi-resensinya terlebih dahulu. Bahkan sering kali, kita akan menemukan ringkasan-ringkasan buku yang sudah memuaskan hasrat kita untuk membaca buku tersebut. Atau, paling tidak memahami garis besar buku itu menjelaskan tentang apa.

Pada akhirnya saya menyadari bahwa membaca buku memanglah sebuah kebutuhan personal. Hal ini terjadi karena kebiasaan yang telah dilakukan bertahun-tahun. Membeli buku tidak sepenting membaca buku, memahami isi kemudian mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Percuma membaca, memahami isi buku Seni Hidup Minimalis, kalau ternyata setiap hari semakin banyak barang yang dibeli. Sedangkan barang-barang tersebut justru semakin membuat hidupnya tidak minimalis.

Ketika menjalani tirakat "tidak membeli buku", saya terpaksa harus berfokus pada buku-buku apa saja yang telah saya koleksi. Baru tersadar bahwa beberapa buku yang dipinjam orang ternyata tidak kembali. Beberapa buku favorit saya ternyata tidak ada.

Kembali menyentuh koleksi buku-buku lama ternyata mendatangkan kesenangan tersendiri. Membuka catatan-catatan yang ada di buku lama tersebut. Mengingat kembali isi apa yang menarik untuk dipraktekkan hari ini.

Tidak membeli buku berarti punya lebih banyak waktu untuk merampungkan buku-buku lama. Membaca kembali buku-buku koleksi. Ternyata hal demikian juga merupakan bagian dari seni hidup minimalis. Sedikit barang, lebih bahagia.

Rak yang dimakan rayap karena tidak pernah diperhatikan. Ternyata mengancam keamanan buku-buku lama. Kemudian saya pindahkan ke tempat yang lebih aman, lebih terlihat. Menata rapi buku-buku favorit. Pemandangan rak buku yang tertata rapi mendatangkan mood kerja yang lebih baik.

Tidak Wajib Menulis

Kutukan lain seorang kutu buku adalah ingin menjadi penulis. Kalau bisa, bestseller. Sebuah imajinasi yang tentu saja berhasil bagi banyak orang. Tidak berhasil untuk lebih banyak orang lainnya.

Karena menjadi kutu buku tidak serta merta menjadikan seseorang penulis handal. Memang kosakatanya melimpah. Tetapi proses menulis tidak cuma soal kosa kata. Menulis itu sendiri adalah sebuah kegiatan yang seratus delapan puluh derajat berbeda dengan membaca.

Keinginan seperti itu pun hinggap kepada saya. Hingga saya punya kesempatan menulis beberapa buku yang saya pernah publikasikan secara mandiri. Hasilnya nihil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun