Mohon tunggu...
M. Irham Jauhari
M. Irham Jauhari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pendiri Terapifobia.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tumpukan Buku yang Tidak Terbaca

20 Juni 2024   11:38 Diperbarui: 20 Juni 2024   11:42 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membeli buku adalah kesenangan. Membaca buku lain cerita. Orang bisa suka sekali memborong buku. Kemudian menumpuk rapi di rak kesayangan. Tentu saja hanya sebagai pajangan belaka. Orang-orang model begini disebut Bibliosmia, orang yang suka aroma khas buku disebut dengan "bibliosmia" yang diambil dari kata Yunani untuk 'buku' dan 'bau'. Bibliosmia merupakan hubungan antara penciuman dan ingatan.

Sebagai bibliosmia, membeli buku baru adalah kesenangan yang tiada tara. Harumnya bisa menjadi pereda stress. Sekaligus menghilangkan esensi dari buku itu sendiri. Terjebak pada nostalgia harumnya buku baru. Padahal, sejatinya membeli buku adalah untuk mempermudah kita belajar. Tanpa perlu meminjam kepada siapapun.

Masalah selanjutnya kemudian datang: waktu untuk membaca. Di usia awal 30-an ini, saya merasakan betul. Kesibukan pekerjaan hampir tidak ada hubungannya dengan buku. Satu-satunya buku yang wajib dibaca adalah buku harga pekerjaan. Karena disanalah pendapatan mulai diperhitungkan. 

Saya sering mengamati orang-orang yang dalam seumur hidupnya tidak pernah membaca buku populer sama sekali. Tetapi hidupnya mapan. Mentalnya tangguh, sehat dan bermental baja. Mindsetnya jauh di atas rata-rata orang. Orang model begini ketika sekolah tidak pernah rangking satu. Bolos menjadi kebiasaan yang sudah biasa. Tetapi nyatanya, di kehidupan nyata mereka tetap bisa sukses.

Kutukan Buku

Berdasarkan riset pribadi yang tanpa metodologi penelitian. Saya saat ini sampai pada sebuah kesimpulan bahwa orang yang tidak pernah membaca buku populer sama sekalipun hidupnya tetap bisa sukses. Karena orang-orang yang tidak suka membaca buku, tidak pernah membaca buku, mereka punya kelebihan dalam kecerdasan sosial dan emosional.

Kebiasaan suka membaca buku tidak jarang berakhir mengutuk penganutnya. Menjadi anti sosial. Atau paling minimal "mengaku" sebagai introvert. Sebuah keadaan yang tidak merasa nyaman di tengah-tengah keramaian manusia. Para introvert mengaku hanya nyaman dalam kesunyian, kesendirian dan terutama membaca buku, sendiri.

Di dunia kerja, orang-orang introvert yang suka membaca buku memang kuat secara nalar kritis. Tapi lemah secara social sense, kepekaan sosial. Juga lemah secara manajemen emosional. Cenderung emosional ketika berhadapan dengan masalah yang tidak ada bukunya.

Sebagian besar buku membahas masa lalu atau apa yang "bekerja" untuk masa lalu. Sedangkan masalah terkini, "disini" dan "sekarang" hampir tidak ada bukunya. Kalaupun ada yang bisa dipakai adalah cara berpikirnya, metodologinya. Tidak ada langkah demi langkah yang spesifik. Karena sebuah ilmu adalah rumus yang berlaku secara umum. Sedangkan masalah kita, secara personal, adalah masalah spesifik yang butuh penalaran spesifik dan mendetail.

Ketika tidak sedang membaca buku, saya suka sekali mengamati, ngobrol dan menyelami orang-orang yang tidak membaca buku. Bagaimana mereka semua merangkai pengetahuan dari pengalaman. Mengasah ketrampilan negosiasi dengan terjun langsung di lapangan. Tidak butuh banyak baca. Mereka mengasah kepekaan terhadap siatuasi dan kondisi lapangan. Hasilnya, mereka lebih peka terhadap peluang yang ada.

Orang-orang yang membaca buku. Cenderung apa-apa serba buku. Mencari solusi, membeli buku. Sedang stress, membaca buku. Padahal diam dan mengamati keadaan adalah juga sebuah proses membaca.

Berhenti Membeli Buku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun