Andrea masuk ke dalam pembahasan tentang langkah kedua menjadi penulis: proses kreatif. Ditegaskan, bahwa setiap penulis memiliki pemicu berbeda-beda untuk bisa menciptakan tulisan bagus, salah satunya adalah lokasi.
Jakarta, menurut Andrea, adalah sebuah kota yang mematikan kreatifitas para seniman, sementara tempat seperti Ubud dinilai lebih inspiratif.
Lulusan cum laude ekonomi telekomunikasi Universite de Paris, Sorbonne, Perancis ini juga mengatakan bahwa setiap penulis sesungguhnya memiliki keahlian masing-masing. Andrea sendiri merasa kesulitan untuk menulis cerita fiksi, apalagi jika plot cerita tersebut menyoroti hal-hal berbau magis.
Kenali Bakat Alami
You have to be able to identify your own capacity in writing or producing any kind of artÂ
(Anda harus mampu mengindentifikasi kapasitas anda sendiri dalam menulis atau menghasilkan karya seni apa pun)
Andrea Hirata, memberi pesan kepada penulis pemula untuk memperbanyak riset agar bisa menghasilkan sebuah karya yang menarik.
Tidak peduli mau mengangkat tema apa, atau mau ditujukan kepada anak-anak, remaja ataupun dewasa yang paling terpenting adalah melakukan riset sebanyak-banyaknya
Penulis yang namanya melejit berkat novel "Laskar Pelangi" ini mengatakan, dia terbiasa melakukan riset menulis. Contohnya, ia melakukan riset selama 3,5 tahun dan menuliskannya selama tiga minggu ketika menulis novel dwilogi "Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas".
Andrea Hirata mengaku sudah mengenal riset sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Bermula dari tugas mengarang dari gurunya yang bernama Muslimah, Andrea kecil pertama kali melakukan riset di pasar ikan. Hasilnya pun tak main-main, novel "Laskar Pelangi" yang diterbitkan pada 2005 sudah dialih bahasakan ke dalam 25 bahasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H