Kesusastraan adalah hasil proses yang berjerih payah, dan tiap orang yang pernah menulis karya sastra tahu: ini bukan sekadar soal keterampilan teknik. Menulis menghasilkan sebuah prosa atau puisi yang terbaik dari diri kita adalah proses yang minta pengerahan batin. ~ Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 3.
Perhatikan petuah Bu Helvy berikut ini:
Tulisan itu rekam jejak. Sekali dipublikasikan, tak akan bisa kau tarik. Tulislah hal-hal berarti yg tak akan pernah kau sesali kemudian. Di antara tantangan dalam menulis adalah berpikir sebagai pencipta sekaligus pembaca pada saat bersamaan. Menulis adalah memahat peradaban. ~ Helvy Tiana Rosa
Kesimpulan
Menulis sebagai cara untuk berbicara: sarana komunikasi yang kuat, memungkinkan penulis untuk menyampaikan pesan, menyapa, dan menyentuh orang lain yang entah dimana. Setiap penulis punya cara unik mereka, dan melalui tulisan, harga kreativitas dinilai dan dihargai.
Menulis sebagai penghayatan total terhadap kehidupan: menulis melibatkan penangkapan momen kehidupan dengan penghayatan total. Ketika seseorang belajar menulis, mereka memperoleh kemampuan untuk merangkum pengalaman hidup dengan jujur dan total, memberikan suara kepada diri mereka sendiri. Dalam proses ini, tulisan menjadi alat untuk mengikat ilmu dan menjaga kenangan hidup.
Menulis sebagai jalan kreativitas: penghayatan terhadap setiap inci gerak kehidupan.Â
Penulis berusaha untuk setia kepada hidup itu sendiri melalui tulisan mereka, dan melalui proses ini, penulis membantu menjaga sejarah hidup manusia.
Menulis sebagai proses berpikir dan meringkas: menulis membantu proses berpikir maju ke depan dan menghindari pengulangan hal yang telah selesai.Â
Menulis memungkinkan seseorang untuk merangkum dan menyederhanakan hal-hal kompleks menjadi yang lebih sederhana, dan dalam hal ini, tulisan juga berperan dalam kemajuan sejarah.
Kesusastraan sebagai kekuatan monumental: menulis dalam bentuk sastra mengabadikan kisah dan membuatnya menjadi momumental.
Tantangan dalam menulis bukan hanya tentang keterampilan teknik semata, tetapi juga tentang pengerahan batin. Menjadi penulis butuh kemampuan berpikir sebagai pencipta sekaligus pembaca, seimbang antara pengarang dan penikmat tulisan. Â