There is no turning back in this world. The time explorer engine has not been found. Tidak ada jalan mundur menuju masa lalu. Pahit memang, tapi itulah kenyataannya.
So your dream of returning to the past is just bullshit. Apakah kamu pernah membayangkan, memakai mesin waktu seperti Jenderal Tiengpeng alias Patkai? Jika iya, kamu halu.
(3) Mengayun Langkah Baru
Berhenti menyesali kesalahan yang terlanjur kamu buat. Kesalahan demi kesalahan akan membawamu menuju pribadi yang lebih dewasa.
This is all your fault, accept that fact. Terimalah kenyataan bahwa kamu memang salah. Menyembunyikan kenyataan bahwa kamu salah. Hanya menciptakan ilusi bahwa kamu baik-baik saja. Padahal sebenarnya kamu sedang tidak baik-baik saja.
Don't blame the wind, don't blame the mountain, don't blame natural signs. Jangan salahkan angin yang berhembus. Jangan salahkan gunung. Jangan salahkan pertanda alam.
This is all your fault, and you don't need to be too shy to admit it. Semua ini salahmu. Jangan malu-malu mengakui kepada diri sendiri. Terima dan sadari kamu memang salah. Setelah kita aware, sadar akan kesalahan kita. Kita bisa berjalan maju.
(4) Sedikit Lebih Dewasa
From now onwards. Whatever happens in your life is purely your obligation to accept everything. Dari titik ini. Apapun yang terjadi dalam hidup kamu. Terima sebagai tugas utama dirimu sendiri untuk menghadapi. Sesuram apapun. Segelap apapun hari ini.
Luck, bad luck, and disasters sometimes come over. But that is not eternal. Keadaan akan berubah. Musim berganti. Zaman berlalu. Masa-masa kelam akan terlewati.
All of this is the way to your new self. Semua ini proses pahit untuk menemukan "dirimu" yang baru.
Prepare for every possibility before your eyes. Ada banyak kesempatan. Masih banyak peluang. Hiduplah dengan apa adanya. Terima kenyataan apa adanya. Berhenti terlalu banyak ekspektasi.
(5) Menabung "Jam Terbang"
Setiap masalah menambah "jam terbang" kita sebagai problem solver, pemecah masalah. Semakin banyak hal yang telah kita selesaikan. Semakin kita dianggap sebagai wong seng pengalaman. Bukankah, seberapa cepat kita belajar dari pengalaman hidup, menentukan seberapa kualitas kita sebagai pribadi?