"Halo." Wawan mengangkat telepon.
"Kamu dari mana aja. Ibukmu meninggal."
***
Perasaan tak karuan menghujam dadanya. Seketika membuatnya bangkit dan bergegas turun gunung. Ia tak peduli lukisannya masih terpampang, tas tendanya tergeletak. Perlengkapan kemahnya sudah hilang dari pikirannya. Wawan menuruni gunung, praktis hanya gawai yang ia bawa. Semuanya ia tinggal di atas sana. Tidak penting. Yang terpenting adalah Ibuk.Â
Wawan harus segera bertemu Ibuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!