Vina senang diterima sebagai ART di sebuah apartemen mewah. Setelah empat bulan menganggur, pekerjaan itu menjadi kesempatan emas baginya. Namun, kebahagiaannya segera pudar ketika ia tiba di apartemen tersebut dan melihat kulkas besar yang berada di ruang tengah.Â
Kulkas itu berukuran lebih besar dari tubuhnya dan Vina sangat kesulitan membuka pintunya. Ia takut mengambil atau meletakkan bahan makanan di dalamnya karena takut merusak barang-barang mewah yang tersimpan di dalamnya.
Vina terus merasa cemas setiap kali harus membuka atau menutup kulkas. Suatu ketika ia sedang mencoba mengambil jus jeruk dari dalam kulkas, tiba-tiba botol itu meluncur dan jatuh di lantai, menghantam kaki Vina. Darah mengalir di lantai, buru-buru ia lari ke kamar mandi sambil meringis kesakitan.
Belum sempat Ia membersihkan serpihan gelas yang pecah. Ditambah darah berceceran dari kulkas sampai ke kamar mandi. Bel berbunyi, Vina menatap jam dinding. Waktunya majikan pulang. Tidak ada waktu lagi. Apa boleh buat. Sambil meringis menahan sakit, Ia berbegas membukakan pintu.
Melihat luka di kaki Vina majikannya prihatin. Ia menawarkan untuk memeriksa kaki Vina dan memberinya obat untuk menghilangkan rasa sakit. Setelah itu, ia juga menanyakan bagaimana Vina bisa mendapatkan luka tersebut dan memberi beberapa saran tentang cara merawat luka.
Dari situlah, Vina lebih respek dengan majikannya. Soal kecemasannya atas kulkas, majikan barunya memperagakan cara agar mudah membuka kulkas dan bagaimana cara merawat dan membersihkannya. Kulkas itu ternyata refrigenator custom yang diimpor dari Italia.
Setelah itu Vina santai saja menghadapi kulkas besar itu. Ia bahkan merasa senang ketika harus membeli dan menyimpan bahan makanan di dalamnya. Kulkas yang awalnya masalah besar bagi Vina, kini membuatnya penasaran. Sering ia sengaja membuka dan menutup kulkas tanpa alasan yang jelas.
Pernah ia sengaja melamun di depan kulkas sambil membayangkan keluarganya di kampung yang tidak pernah punya kulkas seumur hidup.
***
Suatu malam, ketika Vina ia mengalami insomnia, ia tiba-tiba merasakan dorongan kuat untuk membuka kulkas tersebut. Meskipun ia sebenarnya tak ingin mengambil apa-apa.Â
Tepat tengah malam, hanya beberapa lampu yang dihidupkan, itupun dengan cahaya temaram. Ketika berada di depan kulkas tersebut, Ia tiba-tiba merasa takut, namun dorongan tersebut terus menguat sehingga ia akhirnya membuka kulkas.
Ternyata di dalamnya terdapat sebuah kotak kecil berwarna hitam yang menarik perhatiannya. Vina membuka kotak tersebut dan terkejut saat melihat isi kotak tersebut. Di dalam kotak tersebut terdapat benda-benda aneh, batu-batu kecil yang bersinar dan beberapa kertas yang bertuliskan aksara yang tidak ia kenal.
Vina takut dan bingung dengan apa yang ia temukan. Ia bertanya pada majikannya tentang isi kotak tersebut, namun majikannya juga tidak tahu menahu. Akhirnya, Vina memutuskan untuk mengembalikan kotak tersebut pada posisi semula.
***
Setelah Vina memutuskan untuk mengembalikan kotak ke dalam kulkas, majikannya justru penasaran dengan isi kotak tersebut. Setiap kali ia melewati kulkas tersebut, ia merasa terusik dan penasaran dengan apa yang ada di dalam kotak tersebut.
Ketika majikannya pergi ke pasar antik, ia membawa kotak tersebut dan bertanya kepada seorang kolektor benda antik tentang isi kotak tersebut. Sang kolektor tertarik dan membuka kotak tersebut, dan dengan senang hati menjelaskan bahwa kotak tersebut berisi benda-benda langka dan berharga yang berasal dari zaman Majapahit. Ia terkejut ketika kolektor benda antik memberitahu bahwa isi kotak tersebut bisa bernilai lebih dari 1 milyar rupiah.
Majikannya terkejut dan senang, namun ia merasa harus berdiskusi dengan Vina.
Setelah berdiskusi dengan Vina, mereka sepakat untuk membagi keuntungan tersebut secara adil.Â
Majikannya memutuskan untuk tidak langsung menjual kotak tersebut, melainkan menyimpannya terlebih dahulu. Urusan menjual barang antik tidak boleh sembrono, begitu pikirnya.Â
Masalah mulai muncul, setiap kali ia menyimpan kotak tersebut dalam brankas, kotak tersebut selalu kembali ke dalam kulkas. Majikannya merasa aneh dengan kejadian ini.
Suatu hari, ketika Vina sedang membersihkan dapur, ia merasa ada yang aneh dengan kulkas tersebut. Ketika ia membuka pintu kulkas, ia melihat kotak langka tersebut kembali berada di dalam kulkas. Vina merasa heran dan mengeluarkan kotak tersebut dari kulkas, lalu memberikannya kepada majikan.
Majikannya sangat terkejut ketika Vina memberitahunya tentang kejadian tersebut. Ia merasa bahwa ada yang aneh dengan kulkas tersebut dan memutuskan untuk segera menjual dengan ditemani notaris dan polisi. Kolektor tersebut memberitahunya bahwa kotak tersebut memiliki aura dan energi yang kuat, sehingga kotak tersebut harus melalui ritual pada hari dan jam yang akan dikabarkan oleh si kolektor.
***
Pada hari dan jam yang disepakati. Kejadian aneh mulai terjadi. Vina dan majikannya tiba-tiba demam tinggi saat bangun tidur. Tapi, kesepakatan adalah kesepakatan. Walaupun sakit, mereka paksakan untuk memenuhi janji dengan kolektor itu. Dengan beberapa syarat yang harus mereka penuhi. Mereka harus mempersiapkan hal-hal yang diminta si kolektor.
Saat membawa kotak antik itu, kotak antik itu harus dibungkus dengan kain putih seukuran kain kafan. Kemudian diikat dengan tali yang seukuran tali pocong. Jumlah tali itu ada empat. Ketika membungkusnya harus merapalkan mantra jawa yang harus diucapkan oleh sang majikan. Belepotan majikan merapalkan mantra. Vina yang udik meringis menahan tawa.
Pertemuan itu berada di kaki bukit. Mobil mereka sampai di jalan aspal terakhir. Kemudian mereka berjalan menyusuri jalan setapak. Tak seorang pun mereka temui di jalan setapak itu.Â
***
Transaksi berhasil dilakukan, uang sudah di tangan. Seminggu kemudian Vina pulang kampung. Keesokan harinya, majikannya membuka kulkas. Terkagetlah majikan Vina sampai terduduk heran. Ia segera menelpon Vina. Tapi di ujung sana, bukan suara Vina yang terdengar.
Suara serak seorang nenek tua mengaku sebagai Ibunya Vina dan mengatakan bahwa anaknya telah meninggal empat bulan yang lalu.
***
Jepara, Rabu Pon, Â 8 Maret 2023 | 6.15 WIB
Cerpen ini dibuat dengan bantuan ChatGPT. Secara umum ChatGPT bisa secepat kilat membuat cerpen yang terstruktur. Namun sangat miskin "rasa". Maka saya berkesimpulan, sehebat apapun AI membuat karya sastra, tentu akan tetap kalah dari buatan manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H