Mohon tunggu...
M. Irham Jauhari
M. Irham Jauhari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pendiri Terapifobia.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sawang Sinawang, Masalah Generik Umat Manusia

4 Desember 2022   02:02 Diperbarui: 4 Desember 2022   02:05 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sawang Sinawang itu ungkapan bahwa hidup itu hanya soal "Persepsi". 

Kita pikir hidup Si A udah hebat benar. Padahal belum tentu. Bisa jadi Si A lebih buruk dari hidup kita. Simpelnya gitu.

Jangan bandingkan kesusahan kamu dengan kebahagiaan orang lain. Yo mesti kalah. Kata orang Amrik, tidak Apple to Apple. Seperti membandingkan Semangka dengan Kelapa.

Membandingkan hal yang berbeda jauh. Bagaikan membandingkan bumi dan langit. 

Dengan pola hidup yang salah, pola pikir yang keliru. Sampai kapan pun juga, kita tidak akan mendapatkan yang namanya kebahagiaan, kedamaian dan ketenangan.

Karena selalu merasa iri dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Tidak mensyukuri apa yang telah kamu miliki. Menjadikan kamu selalu merasa kurang. Selalu menganggap diri lebih rendah dari orang lain. Rendah diri, tidak percaya diri dan minder.

Bersyukur itu kadang memang susah. Tapi bagaimana pun juga, sebisa mungkin kamu upayakan untuk selalu bersyukur. Pasti masih ada yang bisa disyukuri. 

Terima apa adanya hidup kamu. Cobalah lakukan sesuatu sesuai kemampuan kamu. Belajar sambil jalan, menabung sedikit demi sedikit, lama lama jadi gunung.

Alon Alon waton kelakon. Pelan-pelan yang penting sampai tujuan.

Kalau kamu punya sebuah tujuan, cita-cita dan harapan. Jangan pernah menyerah. Apalagi menyerah sebelum bertindak. Menyerah sebelum melakukan upaya. Jangan sampai kalah sebelum bertanding.

Contohnya seperti menulis sebuah novel. Perlu ketekunan. Perlu banyak belajar. Bahkan ketika draft pertama sudah selesai. Masih ada proses revisi yang bertubi-tubi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun