Mohon tunggu...
Irgi Fahrevi Abdi
Irgi Fahrevi Abdi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

saya adalah mahasiswa ilmu politik UIN Jakarta yang sangat ingin mengembangkan minat menulis saya dan ingin selalu belajar serta berproses

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ikhwanul Muslimin, Sejarah Perkembangan dan Bagaimana Nasibnya Sekarang?

13 Desember 2022   21:30 Diperbarui: 13 Desember 2022   22:07 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sejarahnya kaum muslimin pernah memegang tonggak kekuasaan dunia dan memegang peran besar dalam peradaban manusia. Namun hal itu berubah 180 derajat setelah runtuhnya kerajaan Turki Utsmani, diawali dengan penghapusan sistem khilafah oleh Kemal Attaurk tahun 1994 kemudian hal tersebut menjadi puncak lunturnya pengaruh politik islam. Selain itu juga efek domino dari runtuhnya kerajaan utsmani  pada waktu itu menyebabkan dunia islam tercabik- cabik oleh kolonialisme barat yang ingin kembali menebarkan pengaruhnya.

Dengan mulai pudarnya pengaruh islam dengan diubahnya sistem khilafah tentunya bukan tidak disadari tetapi sebelum hal itu terjadi, telah bermunculan para pemikiran individual yang ingin menjaga kemurnian dan menegakkan sistem khilafah. Maka Abu A’la Maududi dengan Jemaat Islamiyah dan Asy-Syahid Hasan Al-banna dengan Ikhwanul Musliminnya. 

Kedua pemuda ini meletakkan dasar-dasar struktur gerakan kebangkitan Islam. Abu A’la Al-Maududi lebih terfokus pada figurisme, sehingga gerakan ini hanya berada di anak benua India-Pakistan, sedangkan Hasan Al-banna lebih terfokus pada pengkaderan sehingga Al-Ikhwan tidak berkurang wibawa walaupun Banna meninggalkannya.

Pada Maret 1928, Banna mendirikan Ikhwanul Muslimin, dengan tujuan mempromosikan islam sejati dan meluncurkan perlawanan dominasi asing. Selam empat tahun berikutnya, Banna membuka cabang di kota-kota Zona Kanal lainnya dan di Delta Mesir. Ketika mentri pendidikan memindahkan ke Kairo pada tahun 1932, Ikhwanul Muslimin siap menjadi gerakan nasional. 

Bersama Banna pusat Ikhwanul Muslimin pindah ke Kairo dan dari sini menyebar keseluruh Mesir. Organisasi ini bertambah besar dan mengembangkan struktur administrasi yang memungkinkan Banna memegang kuat. Selam sepuluh tahun berikutnya, Ikhwan menerbitkan persnya sendiri.

Awal mula Hasan Al banna mendirikan sebuah gerakan untuk membangun kembali pondasi yang telah hancur akibat runtuhnya kerajaan Turki Utsmani. Pada bulan Zul’qaidah 1928 ia didatangi oleh enam orang yang tertarik pada kepribadian dan kesan pada pola-pola dakwahnya. 

Mereka adalah Abdul Hamid yang berprofesi sebagai tukang kayu, Ahad Al-Husary yang berprofesi sebagai tukang cukur, Fuad Ibrahim berprofesi sebagai tukang setrika, Ismail lzz yang berprofesi sebagai tukang kebun, Zaki Al-Magribi yang berprofesi sebagai penyewa dan montir sepeda serta Abdurrahman Hasbullah yang berprofesi sebagai sopir. 

Mereka menyatakan kepada Banna tentang ketertarikan mereka dan mereka bermaksud menyambungkan diri serta menawarkan sebagian kekayaan mereka untuk kepentingan tersebut dengan segala senang hati, Banna menyambut mereka kemudian mengusulkan nama Ikhwanul Muslimin. Alasannya karena tujuan mereka bersatu dalam sebuah persaudaraan semata-mata untuk mengabdi kepada Islam.

Ikhwanul Muslimin memulai dakwah dari sebuah kota yang bernama Ismailiah, Mesir. Perkembangan gerakan ini sangat pesat sekali dan juga menyebar ke daerah-daerah disekitar Ismailiah. Hanya dengan beberapa tahun Ikhwanul Muslimin bisa merebut hati banyak orang. Perkembangan yang sangat pesat ini terjadi karena Ikhwanul Muslimin secara langsung bersentuhan dengan kepentingan masyarakat. Melalu kegiatan sekolah dan juga di masjid-masjid di kota Ismailiah dan sekitarnya. Gerakan ini semakin lama akhirnya menyebar dengan pesat keseluruh dunia.

Sebagai sebuah gerakan yang mampu mencuri perhatian masyarakat muslim secara global tentu Ikhwanul Muslimin memiliki jejak-jejak pemikiran yang tertanam dalam memori pengikutnya. 

Meski telah memasuki paruh abad ke-21 yang jika kita hitung secara periodisasi sejarah berarti 93 tahun Ikhwanul Muslimin eksis, dia tetap memiliki tempat di hati masyarakat yang cinta dan kagum pada sosok dan pemikiran Hassan Al-Banna. 

Sebagai contoh, gagasan Ad-diin wa-al-dawlah yang dikemukakan oleh Hassan Al-Banna ternyata di kemudian hari menjadi sebuah inspirasi pembentukan partai politik yang mengadopsi Islam sebagai asas perjuangan sekaligus metode pemerintahan. Memang terdapat varian berbeda antar tipikal partai-partai politik yang ada dalam mengisi panggung pengelolaan negara, tapi satu hal dapat kita saksikan secara jelas adalah mereka sudah tidak memiliki komitmen untuk mendirikan negara Islam . 

Berbeda dengan MMI dan HTI yang berusaha mewujudkan gagasan negara Islam dalam bentuk Al-Khilafah para tokoh partai politik kini berusaha untuk mengejawantahkan ideologi dalam hal ini nilai-nilai Islam kedalam mekanisme negara yang nantinya akan melahirkan makna substansial yang tidak berbenturan vis-à-vis.

Gerakan Ikhwanu Muslimin di Indonesia yang masih ada sampai sekarang ada di partai PKS. Walaupun partai ini tidak mengatakannya secara tterang-terangan tetapi bila di lihat dari pola pengkaderannya sangat mirip seperti pengkaderan yang di lakukan Ikhwanul Muslimin. 

Jika kita amati lebih dalam hubungan antara PKS dengan Ikhwanul Muslimin, kita dapat lihat dalam susunan sturktur partai. Dimana PKS tidak serta merta menjadikan ketua partai sebagai otoritas tunggal pemegang kekuasaan partai secara abslolut.

Ketua partai tetap memiliki kekuasaan tapi mereka dikontrol oleh sebuah dewan partai yang bernama Majelis Syuro yang beranggotakan tokoh politik senior yang sebelumnya berkiprah dalam struktural partai. Rapat yang diselenggarakan oleh internal partai juga tidak memberlakukan sistem voting untuk memutuskan suatu keputusan strategis namun selalu diusahakan dengan formula Musyawarah-Mufakat . 

Proses ini ditempuh agar solidaritas anggota partai tetap terjaga meski memakan waktu yang lama dan berjalan alot. PKS tetap mengutamakan proses politik yang bercirikan Islam sebagaimana dulu ditunjukkan oleh Ikhwanul Muslimin. Dari sinilah dapat kita pahami bahwa PKS memiliki koneksi dengan pemikiran Ikhwanul Muslimin.

Penulis: Irgi Fahrevi Abdi dan Arief Pratama Laksono

Editor: Irgi Fahrevi Abdi dan Arief Pratama Laksono

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun