Mohon tunggu...
Irgi Fahrevi Abdi
Irgi Fahrevi Abdi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

saya adalah mahasiswa ilmu politik UIN Jakarta yang sangat ingin mengembangkan minat menulis saya dan ingin selalu belajar serta berproses

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ikhwanul Muslimin, Sejarah Perkembangan dan Bagaimana Nasibnya Sekarang?

13 Desember 2022   21:30 Diperbarui: 13 Desember 2022   22:07 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai contoh, gagasan Ad-diin wa-al-dawlah yang dikemukakan oleh Hassan Al-Banna ternyata di kemudian hari menjadi sebuah inspirasi pembentukan partai politik yang mengadopsi Islam sebagai asas perjuangan sekaligus metode pemerintahan. Memang terdapat varian berbeda antar tipikal partai-partai politik yang ada dalam mengisi panggung pengelolaan negara, tapi satu hal dapat kita saksikan secara jelas adalah mereka sudah tidak memiliki komitmen untuk mendirikan negara Islam . 

Berbeda dengan MMI dan HTI yang berusaha mewujudkan gagasan negara Islam dalam bentuk Al-Khilafah para tokoh partai politik kini berusaha untuk mengejawantahkan ideologi dalam hal ini nilai-nilai Islam kedalam mekanisme negara yang nantinya akan melahirkan makna substansial yang tidak berbenturan vis-à-vis.

Gerakan Ikhwanu Muslimin di Indonesia yang masih ada sampai sekarang ada di partai PKS. Walaupun partai ini tidak mengatakannya secara tterang-terangan tetapi bila di lihat dari pola pengkaderannya sangat mirip seperti pengkaderan yang di lakukan Ikhwanul Muslimin. 

Jika kita amati lebih dalam hubungan antara PKS dengan Ikhwanul Muslimin, kita dapat lihat dalam susunan sturktur partai. Dimana PKS tidak serta merta menjadikan ketua partai sebagai otoritas tunggal pemegang kekuasaan partai secara abslolut.

Ketua partai tetap memiliki kekuasaan tapi mereka dikontrol oleh sebuah dewan partai yang bernama Majelis Syuro yang beranggotakan tokoh politik senior yang sebelumnya berkiprah dalam struktural partai. Rapat yang diselenggarakan oleh internal partai juga tidak memberlakukan sistem voting untuk memutuskan suatu keputusan strategis namun selalu diusahakan dengan formula Musyawarah-Mufakat . 

Proses ini ditempuh agar solidaritas anggota partai tetap terjaga meski memakan waktu yang lama dan berjalan alot. PKS tetap mengutamakan proses politik yang bercirikan Islam sebagaimana dulu ditunjukkan oleh Ikhwanul Muslimin. Dari sinilah dapat kita pahami bahwa PKS memiliki koneksi dengan pemikiran Ikhwanul Muslimin.

Penulis: Irgi Fahrevi Abdi dan Arief Pratama Laksono

Editor: Irgi Fahrevi Abdi dan Arief Pratama Laksono

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun