Balikpapan adalah sebuah kota yang terletak di provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Balikpapan memiliki total penduduk sebesar 746.804 jiwa pada pertengahan tahun 2024. Balikpapan menjadi pusat bisnis dan industri terbesar di seluruh Kalimantan dengan total PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang mencapai Rp.79,65 triliun di tahun 2016. Balikpapan juga menjadi pusat kedatangan yang menghubungkan Kota Samarinda melalui jalan tol yang diresmikan secara bertahap oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 17 Desember 2019 lalu, dan sedang dalam proses pembangunan jalan tol yang menghubungkan Kota Balikpapan, Samarinda, dan juga IKN.
Semenjak disahkannya undang-undang ibu kota negara baru pada tanggal 18 Januari 2022, daerah Kalimantan Timur, Khususnya Kota Balikpapan, mulai disebut sebagai otot pendukung Pembangunan Ibu Kota Nusantara. Semenjak saat itu, pembangunan dan ekonomi di Kalimantan Timur, khususnya kota Balikpapan diprediksi akan meningkat setiap tahunnya, tentunya hal ini menjadi sebuah manfaat yang sangat baik bagi warga Kota Balikpapan, salah satunya adalah turunnya angka ketimpangan ekonomi.
Menurut situs m-edukasi.kemdikbud.go.id, ketimpangan ekonomi adalah keadaan yang tidak seimbang di Masyarakat yang mengakibatkan perbedaan yang mencolok yang berkaitan dengan perbedaan penghasilan yang tinggi antara Masyarakat kelas atas dan kelas bawah. Hal terjadi ini karena masyarakat kelas bawah mengalami kesulitan untuk mengakses hasil pembangunan pemerintah. Ketimpangan biasa dihitung melalui angka point, dimana angka 0 artinya sangat merata, sedangkan angka 1 artinya sangat timpang.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur pada Maret 2024, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk di daerah perkotaan Kalimantan Timur (Khususnya Balikpapan) sebesar 0,325, turun sekitar 0,003 point dari Maret 2023. Sedangkan di daerah perdesaan, Tingkat ketimpangan sebesar 0,289, turun sekitar 0,003 point dari tahun sebelumnya.
Dari data tersebut, ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan angka tersebut:
- Menurunnya angka kemiskinan
Dari data yang dibuat oleh BPS Kota Balikpapan, angka kemiskinan di Kota Balikpapan mulai menurun secara drastis dalam satu dekade, dan ini terjadi karena adanya program intervensi kemiskinan di Kalimantan Timur. Sekitar 35% dari jumlah program tersebut merupakan kebijakan program pengurangan beban pengeluaran atau bansos, diantaranya adalah bantuan pangan beras, BLT (Bantuan Langsung Tunai) mitigasi risiko pangan, BPNT (Bantuan Pangan Non-Tunai), PKH (Program Keluarga Harapan), dan PIP (Program Indonesia Pintar).
- Meningkatnya nilai ekspor
Pada Juli 2024, nilai ekspor dari Kota Balikpapan meningkat sebesar 9,32% dari bulan Juni lalu, baik dari segi ekspor migas maupun nonmigas. Walaupun terdengar sangat baik, tetapi angka itu justru turun sebesar 5,61% dari Juli 2023. Walaupun begitu, nilai tersebut masih dibilang cukup baik dari segi ekspor dari kota menuju negara lain, seperti Tiongkok, Filipina, dan Malaysia.
- Lowongan kerja yang meningkat
Semenjak dipindahkannya ibukota negara dari Jakarta ke IKN Nusantara, peluang pekerjaan di Kota Balikpapan mulai meningkat, salah satunya adalah dalam sektor perhotelan. Kepala Disnaker (Dinas Tenaga Kerja) Balikpapan, Ani Mufaidah mengatakan: "Dengan adanya IKN, hotel-hotel itu sampai kemarin penuh. Hotel kan rekrutmennya di perhotelan kan naik. Jadi tidak langsung. Tapi kan hotelnya bukan di IKN, tapi di Balikpapan". Dari data yang dibuat oleh BPS Balikpapan, jumlah tenaga kerja mengalami peningkatan yang tinggi dari tahun 2020 hinggak 2023, dan tercatat pada tahun 2020 terdapat sebanyak 47.338 jumlah tenaga kerja, kemudian meningkat hingga 223.925 orang pekerja pada tahun 2023.
- Pariwisata yang meningkat
Tentu saja dengan berpindahnya ibukota ke IKN, tidak hanya penjabat negara yang mengunjungi Balikpapan, tetapi juga warga lokal yang ingin berwisata disana. Ini terjadi karena bandara yang akan dibuat di IKN ditujukan hanya untuk Presiden, Wakil Presiden, Menteri, dan juga penjabat negara, walaupun ada kemungkinan dibukanya untuk pesawat komersil. Dikarenakan bandara IKN yang masih dalam tahap pembangunan, untuk saat ini mereka harus berangkat menuju Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan. Hal inilah yang menjadikan tingkat pariwisata meningkat, dari data BPS Balikpapan pada Juli 2024, tingkat penghunian kamar hotel di Balikpapan sebesar 68,77 persen, peningkatan sebesar 4,18 point bila dibandingkan degan Juli 2023 yang tercatat sebesar 64,59 persen.
Walaupun itu semua terdengar sangat baik bagi warga Kota Balikpapan, tetapi menurut saya masih ada banyak kekurangan yang bisa di perbaiki kedepannya agar bisa lebih baik lagi:
- Infrastruktur transportasi
Balikpapan yang dulunya hanya kota yang tidak terlalu ramai berubah menjadi kota transit menuju IKN. Hal ini menyebabkan kemacetan yang parah, terlebih lagi arah ke Kota Samarinda dan IKN. Tidak hanya disana, daerah lain seperti Klandasan, Mt Haryono, dan Sepinggan juga mengalami kemacetan, dikarenakan area tersebut terdapat banyak kantor dan juga sekolah. Masalah ini sebenarnya bisa diatasi dengan melebarkan jalan, tetapi hal itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Melebarkan jalan memerlukan waktu yang lama, dan karena banyak dari area Balikpapan yang dipenuhi dengan ruko, gedung ataupun perumahan, perlu biaya yang lebih juga untuk membeli tanah warga dan meratakan bangunan. Untungnya saja pemerintah setempat memberlakukan program Bacitra (Balikpapan City Trans), bus umum yang tujuannya agar masyarakat setempat menaiki kendaraan umum untuk mengurangi kemacetan. Balikpapan juga terkenal akan jalalnnya yang menanjak, hal ini bisa berbahaya bagi bus dan truk yang tidak kuat menaiki tanjakkan, atau mengalami rem blong saat menuruninya. Salah satu hal yang bisa pemerintah lakukan agar tidak terjadi hal yang buruk adalah dengan membangun fly-over di daerah yang menanjak, demi mengurangi tingkat kecelakaan dan bisa saja mengurangi kemacetan di daerah tersebut.
- Maraknya bencana
Menurut data BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), kota balikpapan sering mengalami tiga bencana, seperti kebakaran, banjir, dan longsor. Pada tahun 2020, banjir terjadi sebanyak 149 kali, 78 keluarga terdampak, dan total kerugian yang mencapai Rp.390 juta. Kejadian ini kemungkinan besar terus meningkat karena tingginya curah hujan dan banyak warga yang migrasi ke balikpapan. Pemkot Balikpapan mengatakan bahwa mereka melakukan beberapa langkah untuk mengurangi kejadian ini, tetapi langkah ini masih belum cukup untuk menangani banjir. Sedangkan untuk longsor, kepala BPBD Kota Balikpapan, Usman Ali mengatakan bahwa longsor kerap terjadi karena Balikpapan memiliki lahan yang berbukit, ia juga mengakatan bahwa data pemetaan dan papan peringatan sudah dipasangi bisa digunakan untuk menjadi bahan pertimbangan saat pembangunan. Dan untuk kebakaran, upaya yang dilakukan oleh Pemkot dan BPBD untuk mengurangi kebakaran dengan melakukan pelatihan pemadaman api, memperbanyak hydrant, melakukan pengawasan di daerah kumuh, dan mereka dalam proses pengajuan untuk menambah anggota dan pos bencana.
Dari hal yang dibahas diatas, dapat disimpulkan bahwa dipindahkannya ibu kota ke Kalimantan Timur sangat memberikan efek positif terhadap Kota Balikpapan. Ini dibuktikan dengan data BPS yang meningkat dari tahun lalu. Namun, Kota Balikpapan juga masih ada hal yang kurang, baik secara infrastruktur transportasi, maupun dalam penanggulangan bencana. Tetapi saya berharap bahwa pemerintah setempat bersama dengan instansi lainnya dapat bekerja sama untuk menjadikan Kota Balikpapan menjadi lebih baik, sebagai otot pendukung Pembangunan Ibu Kota Nusantara.
Sumber referensi:
https://balikpapankota.bps.go.id/id
https://m-edukasi.kemdikbud.go.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H