"Pada masa ini ada saja sebagian orang yang ingkar pada karangan atau karya tulis orang yang sudah jelas keahliannya dan sudah dikenal pengetahuannya. Pengingkaran seperti ini tidak ada alasannya selain persaingan semata di kalangan masyarakat. Jika tidak demikian, maka kepada siapa pun yang menggunakan tinta dan kertasnya untuk menulis karya yang dikehendaki, baik berupa sya'ir-sya'ir, cerita-cerita yang mubah, dan sebagainya, tentu tidak akan diingkari olehnya. Apalagi jika orang itu menggunakan tinta dan kertasnya untuk menulis ilmu yang bermanfaat, misalnya ilmu-ilmu syari'at dan ilmu-ilmu alat dalam syari'at, maka dia lebih layak untuk tidak diingkari. Adapun orang yang tidak ahli menyusun karya tulis, maka pengingkaran bisa ditujukan kepadanya, karena karya tulisnya berpotensi mengandung kebodohan dan penipuan terhadap orang-orang yang berpegangan pada karya tulis tersebut. Selain itu, orang yang bukan ahlinya tadi telah menyia-nyiakan waktunya untuk sesuatu yang tidak dia kuasai dan meninggalkan hal yang lebih pantas baginya yaitu mematangkan dirinya terlebih dahulu sebelum menyusun karya tulis".
Sumber: Adab al Alim wal Muta'alim (Jombang: Maktabah Al Turas Al Islam, TT).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H