Di dalam kitab Adab al Alim wal Muta'alim, Hadratus Syaikh Kyai Hasyim Asy'ari menjelaskan anjuran menulis sebuah karya:
وَالْعِشْرُونَ أَنْ يَشْتَغِلَ بِالتَّصْنِيفِ وَالْجَمْعِ وَالتَّأْلِيفِ إِنْ كَانَ أَهْلاً لِذَلِكَ فَإِنَّهُ يَطَّلِعُ عَلَى حَقَائِقِ اَلْفُنُونِ وَدَقَائِقِ اَلْعُلُومِ لِلِاحْتِيَاجِ إِلَى كَثْرَةِ التَّفْتِيشِ وَالْمُطَالَعَةِ وَالْمُرَاجَعَةِ
"Seorang ahli ilmu hendaknya menyibukkan diri untuk mengarang, menghimpun atau menyusun karya tulis, selama dia memiliki keahlian untuk itu. Karena orang yang memiliki keahlian dalam membuat karya tulis akan senantiasa menelaah berbagai substansi/inti dan bagian-bagian rumit dari beragam bidang studi; sebab mengarang karya tulis itu membutuhkan banyak penelitian, belajar dan pengulasan kembali ".
Jadi, seorang yang berilmu dan berkemampuan untuk membuat karya tulis seperti para guru sangat dianjurkan untuk melakukannya. Hendaknya mereka tersadarkan, karenaTidak semua orang mampu membuat karya tulis, sebab memerlukan banyak keahlian di dalamnya seperti yang telah diungkap oleh Kyai Hasyim Asy'ari. Kemudian, Kyai Hasyim Asy'ari mengutip penjelasan al-Khathib al-Baghdadi terkait keutamaan yang akan diperoleh dari membuat karya tulis.
وَهُوَ كَمَا قَالَ اَلْخَطِيبْ اَلْبَغْدَادِي يُثْبِتُ اَلْحِفْظَ وِيُذَكِّي الْقَلْبَ وَيُشْحِذُ الذِّهْنَ وَيُجَيِّدُ اَلْبَيَانَ وَيَكْسِبُ جَمِيلَ الذِّكْرِ وَجَلِيلَ اَلْأَجْرِ وَيَخْلُدُ إِلَى آخِرٍ الدَّهْرِ
al-Khathib al-Baghdadi menuturkan: "penulisan suatu karya itu dapat memantapkan hafalan; mencerdaskan hati; mengasah otak; memperbaiki kemampuan menjelaskan; memperoleh nama baik; mendapat pahala yang agung dan abadi sepanjang masa."
Setelah itu, Kyai Hasyim Asy'ari menjelaskan beberapa adab dalam penulisan karya:
وَالْأَوْلَى أَنْ يَعْتَنِيَ عَمَّا يَعُمُّ نَفْعُهُ وَتَكْثُرُ الْحَاجَةُ إِلَيْهِ وَيَتْرُكَ اَلتَّطْوِيلَ الْمُمِلَّ وَالْإيْجَازَ اَلْمُخِلَّ مَعَ إِعْطَاءِ كُلِّ مُصَنَّفٍ مَا يَلِيقُ بِهِ وَلَا يُخْرِجَ تَصْنِيفَهُ مِنْ عِنْدِهِ قَبْلَ تَهْذِيْبِهِ وَتَكْرَارِ النَّظَرِ فِيهِ وَتَرْتِيبِهِ
"Dalam penulisan karya:
- Hendaknya memperhatikan tentang hal-hal yang meluas manfaatnya dan banyak dibutuhkan oleh masyarakat.
- Sebaiknya tidak menulis karya yang panjang lebar dan menjenuhkan; atau terlalu singkat yang tidak memahamkan.
- memasukkan di dalamnya tentang materi-materi yang relevan dengan karya tersebut.
- hendaknya tidak mempublikasikan karya tulisnya sebelum mengedit, meneliti ulang dan menyusunnya dengan rapi (sistematis)".
Terakhir, beliau mengingatkan beberapa fenomena yang terkait dalam penulisan karya. Ada yang menolak karya tulis orang lain dikarenakan dia merasa iri dan penuh persaingan. Ada pula justru orang yang tidak kompeten justru berani membuat karya tulis, ini dapat membahayakan orang yang tidak tahu. Maka bagi orang ini sebaiknya mematangkan dirinya terlebih dahulu sebelum membuat karya tulis, sebagaimana keterangan Kyai Hasyim Asy'ari:
وَمِنْ النَّاسِ مَنْ يُنْكِرُ اَلتَّصْنِيفَ وَالتَّأْلِيفَ فِي هَذَا اَلزَّمَانِ عَلَى مَنْ ظَهَرَتْ أَهْلِيَّتُهُ وَعُرِفَتْ مَعْرِفَتُهُ ، وَلَا وَجْه لِهَذَا اَلْإِنْكَارِ إِلَّا اَلتَّنَافُسُ بَيْنَ أَهْلِ اَلْأعْصَارِ ، وَإِلَّا فَمَنْ تَصَرَّفَ فِي مِدَادِهِ وَوَرَقِهِ بِكِتَابَةِ مَا يَشَاءُ مِنْ أَشْعَارِ اُوحِكَايَاتٍ مُبَاحَةٍ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ لَا يُنْكَرُ عَلَيْهِ ، فَإِذَا تَصَرَّفَ فِيهِمَا بِتَسْوِيدِ مَا يَنْتَفِعُ بِهِ مِنْ عُلُومِ اَلشَّرْعِ وَآلَاتِهَا فَأَوْلَى أَنْ لَا يُنْكَرَ عَلَيْهِ ، أُمًّا مَنْ لَا يَتَأَهَّلُ لِذَلِكَ فَالْإِنْكَارُ عَلَيْهِ مُتَّجِهٌ لِمَا يَتَضَمَّنُهُ مِنْ اَلْجَهْلِ وَتَغْرِيرِ مَنْ يَقِفُ عَلَى ذَلِكَ التَّصْنِيفِ وَلِكَوْنِهِ يُضَيِّعُ زَمَانَهُ فِيمَا لَمْ يُتْقِنْهُ وَيَدَعُ اَلْإِتْقَانَ الَّذِي هُوَ أَحْرَى لَهُ٠
"Pada masa ini ada saja sebagian orang yang ingkar pada karangan atau karya tulis orang yang sudah jelas keahliannya dan sudah dikenal pengetahuannya. Pengingkaran seperti ini tidak ada alasannya selain persaingan semata di kalangan masyarakat. Jika tidak demikian, maka kepada siapa pun yang menggunakan tinta dan kertasnya untuk menulis karya yang dikehendaki, baik berupa sya'ir-sya'ir, cerita-cerita yang mubah, dan sebagainya, tentu tidak akan diingkari olehnya. Apalagi jika orang itu menggunakan tinta dan kertasnya untuk menulis ilmu yang bermanfaat, misalnya ilmu-ilmu syari'at dan ilmu-ilmu alat dalam syari'at, maka dia lebih layak untuk tidak diingkari. Adapun orang yang tidak ahli menyusun karya tulis, maka pengingkaran bisa ditujukan kepadanya, karena karya tulisnya berpotensi mengandung kebodohan dan penipuan terhadap orang-orang yang berpegangan pada karya tulis tersebut. Selain itu, orang yang bukan ahlinya tadi telah menyia-nyiakan waktunya untuk sesuatu yang tidak dia kuasai dan meninggalkan hal yang lebih pantas baginya yaitu mematangkan dirinya terlebih dahulu sebelum menyusun karya tulis".
Sumber: Adab al Alim wal Muta'alim (Jombang: Maktabah Al Turas Al Islam, TT).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H