Mohon tunggu...
Irfan Waqfeen
Irfan Waqfeen Mohon Tunggu... -

Learning something new

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ahmadiyah Versi Ahmadiyah vs Ahmadiyah Versi MUI

25 Juni 2013   18:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:26 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh iqtibas yang dilakukan Sayyidina Ali ra: Alā innallaha qad kasyafal khalqa kasyfatan lā annahu jahila mā akhfauhu min mashūbi asrārihim wa makūni dhamāirihim walākin liyabluwahum ayyuhum ahsanu 'amalan. "Ingatlah, sesungguhnya Allah benar-benar telah mengetahui makhluk-Nya tentang semua kondisinya hanya dengan satu kali penyingkapan saja, Dia tidak bodoh dari apa yang mereka sembunyikan dari-Nya, yakni dari rahasia-rahasia dan hati-hati mereka yang disembunyikan. Akan tetapi  agar Dia menguji siapakah di antara mereka yang lebih baik amalnya." [2]
Bandingkanlah kata-kata yang digaris bawahi di atas dengan kata-kata dari ayat 7 Surat Hud, iqtibas ini disertai sedikit perubahan kata ganti kum (antum) dalam Al-Qur'an menjadi hum dalam iqtibas ini.

Contoh wahyu iqtibasiy yang diturunkan Tuhan kepada Imam Syafi'i rh : Yā Muhammad utsbut 'ala diini Muhammadin wa iyyaka an tuhayyida fatudhallu wa tudhillu alasta biimāmil qaumi lā khaufa 'alaika minhu iqra innā ja'alnā fii aqnāqihim aghlālan fahiya ilal adzqāni fahum muqmahūn. "Wahai Muhammad bin Idris Asy-Syafi'I tetaplah engkau pada agama Nabi Muhammad saw dan janganlah sekali-kali engkau tergelincir darinya, kalau engkau tergelincir maka engkau pun akan sesat dan akan menyesatkan pula orang lain. Bukankah engkau Imam orang-orang Islam ini? Janganlah engkau takut akan raja (yang ada sekarang) ini dan ucapkanlah: Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu dileher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, Maka karena itu mereka tertengadah." [3]
Kalimat yang digaris bawahi adalah wahyu yang bersifat iqtibasiy yang turun kepada Imam Syafi'i, beberapa kalimatnya persis sama dengan beberapa kalimat dalam Surah Yasin ayat 8.
Contoh wahyu iqtibasiy yang turun kepada Syaikh Abdul Qadir Jailani rh: Yā ghautsal a'zham al-insānu sirriy wa anā sirruhu lau 'arafal insānu manzilatahu 'indiy laqāla fii kulli nafsin minal anfāsi limanil mulku al-yauma. "Hai ghauts 'azham, manusia adalah rahasia-Ku, dan Aku adalah rahasianya. Andaikata manusia itu mengerti tentang kedudukannya di sisi-Ku, niscaya ia akan berkata di setiap hembusan nafasnya: "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini" [4]
Syaikh Abdul Qadir Jailani adalah salah seorang wali Allah yang banyak sekali mendapat wahyu, beberapa di antaranya wahyu iqtibasiy dari Al-Qur'an. Yang digaris bawahi adalah persis sama dengan kata-kata dalam Surah Al-Mu'min ayat 16.

Demikianlah contoh-contoh iqtibas yang masih mudah kita dapati dalam literatur-literatur Islam,  baik iqtibas secara umum maupun secara khusus (wahyu yang bersifat iqtibasiy). Wal hasil, dikarenakan wahyu yang beliau2 terima sama persis/campuran dari ayat-ayat Al-Qur’an, beranikah Amin Jamaluddin atau MUI mengeluarkan fatwa kafir atas Imam Syafi'I rh, seorang Imam Mazhab yang diikuti oleh mayoritas kaum Muslimin Indonesia demikian juga dengan Syaikh Abdul Qadir Jailani rh?

Pendiri “Ahmadiyah” versi ahmadiyah, Hz. Mirza Ghulam Ahmad pun mengalami pengalaman-pengalaman ruhani seperti itu. Bukan cuma skali dua kali tapi bahkan, semata-mata karena karunia Allah Swt dan larut dalam kecintaan kepada Hz. Rasulullah Saw, beliau mengalami pengalaman2 ruhani tersebut beribu-ribu kali selama masa hidup beliau. Dan setiap kali beliau mengalami pengalaman ruhani tersebut, beliau tuliskan dan beliau masukkan dalam buku-buku beliau yang berjumlah kurang lebih 82 buah buku. Barulah pada tahun 1935, yaitu 27 tahun kemudian setelah beliau wafat, para kerabat dan sahabat beliau berinisiatif untuk mengumpulkan pengalaman-pengalaman ruhani beliau tersebut yang awalnya berserakan tercantum dalam buku-buku beliau, kemudian dikumpulkan ke dalam sebuah buku yang diberi nama Tadzkirah.

Sama sekali tidak terbetik dalam pikiran orang-orang “Ahmadiyah” versi ahmadiyah untuk menjadikan Tadzkirah itu sebagai kitab suci. Bagi “ahmadiyah” versi ahmadiyah, Tadzkirah tidak memiliki kedudukan apapun sama sekali! Seseorang bertanya, “Jauh lebih tinggi mana derajatnya, Tadzkirah atau Al-Quran??” Saya jawab: Orang yang bertanya tersebut berarti meragukan ketinggian derajat Al-Quran. Sungguh, AlQuran merupakan satu-satunya kitab di dunia ini yang tiada bandingannya. Naudzubillah min dzalik apabila seseorang berusaha membandingkan derajat AlQuran dengan kitab-kitab lainnya.

Bahkan, bagi “ahmadiyah” versi ahmadiyah, apabila Tadzkirah tidak ada pun tidaklah menjadi soal karena sekali lagi, Tadzkirah sama sekali tidak memiliki kedudukan apapun. Buktinya? Silahkan anda cek randomly kapan saja dan dimana saja muslim ahmadi berada, baik di Indonesia maupun di belahan dunia lainnya, maka saya jamin apabila anda menanyakan Tadzkirah kepada mereka, saya yakin seyakin yakinnya bahwa anda pasti tidak akan mendapatinya. Bahkan sebagian besar muslim ahmadi tidak pernah melihat wujud Tadzkirah itu sendiri. (Saya sendiri tidak memiliki Tadzkirah, bahkan saya pun baru melihat Tadzkirah sekitar tahun 2002-an, itu pun saya melihatnya dalam sebuah acara pameran). Tapi kalau anda bertanya AlQuran/Kitab suci kepada mereka, saya yakin seyakin yakinnya, tanpa pikir panjang, pasti mereka akan segera menyodorkan AlQuran yang berisi 114 surah dan 30 juz itu kepada anda. Jika ada yg mengaku bahwa Tadzkirah utu kitab suci, itu dipastikan "Ahmadiyah" jadi-jadian, yg mengaku menjadi ahmadi demi mendapat bantuan dari SDA.
Dan jika anda sebelumnya berburuk sangka dengan mengira bahwa kitab suci-nya “ahmadiyah” versi ahmadiyah berbeda, saya yakin, reaksi anda akan kaget, mengapa? Karena ternyata AlQuran yang menjadi pedoman “ahmadiyah” versi Ahmadiyah sama persis dengan AlQuran yang sehari-hari anda baca. Saya jamin itu! Anda tidak percaya atau menganggap saya omong kosong? Kalau begitu, silahkan anda buktikan sendiri!

Mengapa demikian? Karena sekali lagi, satu-satunya kitab yang menjadi pedoman hidup “ahmadiyah” versi Ahmadiyah adalah AlQuranul Karim, yang dibawa oleh Rasulullah Saw. Tidak ada satu pun kitab yang menyamai dan bahkan menandinginya. Pendiri “ahmadiyah” versi ahmadiyah bersabda di salah satu buku beliau,

“Kitab suci AlQuran merupakan sebuah mukjizat yang kapan pun tidak ada dan tidak akan pernah ada padanannya. Gerbang rahmat dan berkatnya selalu tetap terbuka serta tetap cemerlang dan nyata di setiap zaman sebagaimana keadaannya ketika di masa Rasulullah Saw”. (Malfuzhat, vol. III, hal. 57; AlQuran menurut Mirza Ghulam Ahmad, hal. 14)

“Sungguh malang mereka yang memilih lainnya selain kitab ini, AlQuran. Sumber mata air dari kemakmuran dan keselamatan kalian adalah Kitab Suci AlQuran. Tidak ada kebutuhan keagamaan kalian yang tidak bisa dipenuhi oleh AlQuran. Pada hari penghisaban nanti, AlQuran akan meneguhkan atau menyangkal keimanan kalian. Tidak ada lagi di bawah langit ini kitab lain yang bisa memberikan keselamatan selain AlQuran.” (Ruhani Khazain vol. 19, hal 26-27; AlQuran Menurut Mirza Ghulam Ahmad, hal. 71)

Akan tetapi, alangkah disayangkannya, buku Tadzkirah yang oleh “ahmadiyah” versi ahmadiyah tidak memiliki kedudukan apapun, justru kitab ini telah dijadikan kitab suci oleh “ahmadiyah” versi MUI dan FPI, Amin Jamaludin dan sekutunya, sebagaimana yang mereka propagandakan selama ini. Naudzubillah min dzalik….

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun