Mohon tunggu...
Irfan Waqfeen
Irfan Waqfeen Mohon Tunggu... -

Learning something new

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ahmadiyah Versi Ahmadiyah vs Ahmadiyah Versi MUI

25 Juni 2013   18:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:26 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keyakinan "Ahmadiyah" versi ahmadiyah terhadap AlQuran bisa tercermin dari tulisan pendiri Ahmadiyah di bawah ini:

"Ada pula bagimu sekalian suatu ajaran yg pnting, yaitu bahwa kau janganlah hendaknya meninggalkan AlQuran seperti sebuah buku yang telah dilupakan. Sebab, didalamnya terletak sumber kehidupanmu. Barangsiapa yg memuliakan Al-Qur’an akan memproleh kemuliaan di langit. Barangsiapa yg menjunjung tinggi Al-Quran di atas segala hadits dan segala sabda-sabda lainnya, maka ia akan dijunjung di langit. Bagi umat manusia di atas permukaan bumi ini, kini tiada ada Kitab lain selain Al-Qur’an dan bagi seluruh bani Adam tidak ada pedoman hidup kecuali AlQuran.” (Al-Qur’an Menurut Mirza Ghulam Ahmad)

Sedikit kutipan itu dirasa cukup mewakili bagaimana keyakinan "Ahmadiyah" versi ahmdiyah terhadap Al-Quran. Keyakinan tersebut dapat tercermin dalam usaha2 yang telah, sedang dan terus dilkukan oleh setiap muslim ahmadi untk senantiasa mengamalkan segala petunjuk yang terdapat dalam Al-Quran. Dan contoh kecil yang konkritnya adalah agar AlQuran tersebut dapat dijadikan pedoman bagi setiap umat manusia, maka "Ahmadiyah” versi ahmadiyah ini telah, sedang dan terus bersaha untuk mencetak dan menterjemahkan AlQuran ke dalam 100 bahasa di dunia. Hingga saat ini, sudah kurang lebih 82 bahasa yang telah selesai dikerjakan. Untuk di Indonesia sendiri, sepengetahuan saya, baru ada 2 terjemahan yang telah dan sedang dikerjakan yaitu AlQuran Bahasa Sunda dan Jawa selain tentunya Bahasa Indonesia.

Lalu, bagaimana dengan Tadzkirah??

Lagi-lagi fitnah ini kembali dijadikan senjata oleh Ismail Susanto dan Amin Jamaluddin di Debat TV-ONE semalam yang tujuannya untuk menciptakan kebencian terhadap “Ahmadiyah”. Seperti yang saya katakan di awal, Tadzkirah itu adalah kitab suci-nya “Ahmadiyah” versi MUI dan FPI, bukan “ahmadiyah” versi Ahmadiyah. Sedangkan, sebagaimana kutipan diatas, kitab suci “Ahmadiyah” versi ahmadiyah hanyalah AlQuranul Karim yang diturunkan kepada Rasulullah Saw yang terdiri dari 114 surah dan 30 juz.

Dalam acara tersebut, Amin Jamaluddin dan Ismail Yusanto (Jubir HTI) kembali melemparkan tuduhan pembajakan Al-Qur'an terhadap Ahmadiyah dengan beralasan bahwa Mirza Ghulam Ahmad as dalam wahyu-wahyu yang beliau terima ada yang sama atau mirip dengan beberapa ayat atau kalimat yang ada dalam Al-Qur'an.

Bagi orang yang berilmu, kenyatan semacam itu tidak bisa disebut "pembajakan Al-Qur'an", karena hal-hal semacam itu telah banyak sekali dilakukan oleh Yang Mulia, Nabi Muhammad Saw dalam hadits-hadits beliau. Demikian juga halnya para Shahabat ra., Imam Mujtahid, ulama-ulama besar sufi (seperti Syaikh Abdul Qadir Jailani) dan para pujangga Muslim kenamaan.

Adanya beberapa ayat atau kata yang mirip atau sama dengan Al-Qur'an dalam hadits-hadits Nabi Saw, ucapaan para Shahabat ra, dan ulama-ulama shalafush shalih dengan tanpa menyebutkan bahwa ucapan-ucapan yang mereka sampaikan baik secara lisan maupun tulisan itu diambil dari Al-Qur'an maka itu dinamakan IQTIBAS, bukan PEMBAJAKAN AL-QUR'AN.

Untuk lebih jelasnya, baiklah pembaca saya ajak sejenak untuk mengetahui lebih dekat tentang iqtibas dimaksud. Iqtibas adalah salah satu materi bahasan dari Ilmu Balaghah, khusunya pada Ilmu Badi.

Dalam Ilmu Badi, iqtibas didefinisikan sebagai berikut: An yudhammina al-mutakallimu mantsūrahu au manzhūmahu syai'an minal Qur'ani au al-hadiitsi 'ala wajhi lā yus'iru biannahu minhumā . Artinya: "Pembicara menyimpan prosa atau puisinya dengan sesuatu dari Al-Qur'an atau Hadits dengan cara yang tidak memberikan isyarat bahwa sesuatu itu berasal dari keduanya." Qaidah Ilmu Badi membolehkan mutakallim (pembicara) merubah sedikit pada kata yang diambil dari Al-Qur'an atau Hadits, yaitu karena untuk penyesuaian wazan atau sebab lainnya.

Contoh iqtibas yang dilakukan oleh Nabi Saw: Allahumma ghāratin-nujū mu wa hadaatil 'uyūnu wa anta al-hayyul qayyū mu lā ta'khuduka sinatun wa lā naum yā hayyu  yā qayyūmu  ahdi' lailiy wa anmi 'ainiy."Ya Allah, bintang-bintang telah lenyap dan mata telah tenang sedangkan Engkau Tuhan Yang Maha Hidup kekal dan selalu mengurusi makhluk-Nya. Engkau tidak dapat dikalahkan oleh kantuk dan tidak pula oleh tidur. Ya Tuhan yang hidup kekal, ya Tuhan yang selalu mengurusi makhluk-Nya, tenangkanlah malamku dan tidurkan mataku." [1]
Silahkan pembaca perhatikan kalimat-kalimat yang digaris bawahi, itulah iqtibas, kemudian bandingkan kalimat-kalimat tersebut dengan beberapa kalimat dari Ayat Kursi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun