Mohon tunggu...
Irfanudin
Irfanudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa Ilmu komunikasi yang memiliki ketertarikan di penulisan tekait sosial dan teknologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kebutuhan Tersier: Kuliah atau Barang Mewah?

10 Juni 2024   12:28 Diperbarui: 10 Juni 2024   13:26 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia pendidikan tinggi Indonesia baru-baru ini dihebohkan oleh berbagai demo mahasiswa terhadap pemimpin perguruan tinggi mereka. Mereka menuntut pemerintah dan rektorat untuk merevisi kebijakan kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang sangat tinggi dan menemukan solusi yang lebih menguntungkan masyarakat.

Tidak lama kemudian, Tjitjik Sri Tjahjandarie, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek, menanggapi kritik tentang UKT di perguruan tinggi yang semakin mahal itu. Disebutkan bahwa pendidikan tinggi adalah pendidikan tersier atau pilihan yang tidak termasuk dalam wajib belajar dua belas tahun. Di Indonesia, pendidikan wajib hanya dua belas tahun, dari SD hingga SMP. "Pendidikan tinggi ini adalah pendidikan tersier," katanya (16/5/2024).

Dengan mengatakan bahwa "pendidikan tinggi merupakan kebutuhan tersier atau mewah", pengelola pendidikan tinggi di tingkat Kemendikbudristek tidak seharusnya menyatakan persepsi ini. Hal ini sama dengan mengabaikan peran pendidikan tinggi dalam pembangunan individu dan bangsa, terutama bagi kaum yang tidak mampu.

Melihat Industri Pendidikan Negara-Negara Maju

Negara-negara maju biasanya memiliki sistem pendidikan yang sangat mendukung siapa pun yang ingin melanjutkan sekolah. Beberapa contoh negara yang sangat mendorong pendidikan tinggi, misalnya di kawasan Asia Tenggara yang terdekat seperti Malaysia.

Berkaca pada Malaysia, setiap lulusan pendidikan menengah diberi kemudahan mengakses dana pinjaman pendidikan ke perguruan tinggi. Pengembaliannya pun dilakukan semampunya setelah lulus kuliah.

Jika kita melihat pendidikan tinggi di Eropa, seperti di Finlandia, Norwegia, dan Jerman, pemerintahnya sangat membantu warganya untuk masuk ke perguruan tinggi.

Selain itu, pemerintah di negara-negara tersebut sering bekerja sama dengan sektor swasta untuk menyediakan peluang pelatihan dan magang yang sesuai dengan kebutuhan industri. Ini membuat lulusan perguruan tinggi lebih siap untuk memasuki pasar kerja. Metode holistik ini meningkatkan jumlah mahasiswa yang lulus, mendukung pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan sosial.

Kuliah Sama Dengan Beli Barang Mewah?

Disaat negara-negara di atas menjadikan kuliah sebagai kebutuhan sekunder atau bahkan primer, pernyataan Kementerian pendidikan Indonesia malah bertolak belakang dengan sistem di negara-negara maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun