Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kumpulan Puisi tentang Kehidupan, Covid, dan Lingkungan

1 November 2021   19:24 Diperbarui: 1 November 2021   19:30 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar bunga ilustrasi kehidupan, sumber :Pixabay/Devanath.

Puisi merupakan karya sastra yang rumit tapi indah. Puisi disusun dari kata-kata pilihan. Setiap kata dapat memberikan banyak arti dan makna bagi kehidupan. Untuk itu kita harus berpuisi untuk merenungi kehidupan dunia yang sedang dilanda covid-19 yang diakibatkan dari kerusakan lingkungan.

Membaca puisi juga kegiatan meditatif yang dapat menenangkan jiwa. Para pencipta puisi membaca alam sekitar untuk ditumpahkan ke dalam bait-bait puisinya.

Seiring perkembangan zaman puisi juga terus berinovasi. Mulai dari sajak AB-AB sampai puisi yang katanya tidak jelas. Puisi tersebut sering disebut puisi kontemporer.

Di bawah ini akan saya bagikan kumpulan puisi yang bisa menemani hari-harimu yang lelah. Simak puisi yang bertemakan Kehidupan, Covid-19 dan Lingkungan.

  • Aku Wabahmu

Kalau kau tidak melirikaku

Akan kucungkil bola matamu

Kalau kau tidak memberi remah,

akan ku ambil dari perutmu

Kalau kau tidak memikirkan ku,

Ku datangi setiap mimpimu atau

menggerogoti tenangmu.

Aku di rumhamu

Lebih baik di belenggu, atau

mati menunggumu

aku mennggumu memberi kartu

rancu, tapi malah membebaskan

rekan-rekanku dan siap menjadi wabah baru

Ku sembunyikan lapar ku dalam saku

Tapi anak istri tak terbendung

Aku wabah mu,

Wabahmu melambai-lambai

dengan belati,

Bermain-main di uung sepi,

Atau menikam diri sendiri,

Menunggu

  • Periferal

Telah kutangguhkan kesepianmu

Sisanya hanya ada cinta dan frustasi

Setelah itu disingkirkan hasratku

Maksudku, maksudmu bukan tepatnya

Buaian bualan hapus termangu

Manusia-manusia yang seharusnya mati

Kini tergeletak lesu membisu

Izinkan hamba tuk menuliskan sajak

Untuk manusia-manusia yang seharusnya mati

Manusia-manusia yang seharusnya mati

dia sang periferal

Yang menitipkan rindunya

Kala sang malam jadi bencana

Rindu itu mengguncang

  • Untaian Pelacur Ibu Kota

 

Dia lelah

Hingga kini pasrah

Menghamba pada jalan raya

Beralih pada komersialisasi media

Bukan tanpa sebab

Kami hidup di Bumi Munafik

Tempat manusia mencaci manusia

Saat bersamaan mereka menebar benih surga

Senyumnya hanya untuk sang putra-putrinya

Yang ia sesali adalah

Telat mendefinisikan soal cinta

Tipu daya dan cinta yang frustasi

Mengubur semua ekspektasi

  • Arah

Dilewatinya lembah berapi

Suara air mengalir dari dahan benalu

Dia petik sebuah sajak

Sajak kuno tentang perjalanan pulang

Kemana langkah itu menjenguk pasi

Kamar sudah berantakan

Kau tinggali

Kembali dan masih berantakan

Sajak kuno itu dia libatkan

Dikhutbahkannya dari bawah gorng-gorong,

Dia ucapkan kata "Amin"

Masih saja bisu dan bertanya

Kemana arah jalan pulangku?

Itulah kumpulan puisi yang menggambarkan tentang kehidupan, covid dan lingkungan. Teruslah berkarya sampai engkau dianggap ada oleh karyamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun