"Tur, apa yang dilakukan saya ini keliru? Saya Cuma minta hak saya. Yang dicuri oleh Pakel."
 Akibat ulahnya, satu kampung mendiami Jadag. Saat pakel berjalan melewati Penjaga Kambing pun ia tidak menyapanya. Sampai di rumah, Jadag bingung melihat istrinya menangis. Jadag bertanya dan menekan Rum untuk cerita. Dengan tersedu-sedan, istrinya berkata bahwa Jadag telah selingkuh. Jadag yang marah langsung keluar menuju rumah Turah.
Di rumah Turah, tanpa menanyakan dulu fakta sebenernya. Jadag memukul Turah sampai jatuh. Jadag menuduh Turah lah yang memberitahu istrinya, kalau Jadag itu selingkuh. Turah menjawab bahwa bukan dirinya yang memberitahu. Jadag langsung tersadar dan mengingat bahwa Pakel. Jadag berkelahi dengan Pakel.
Keesokan harinya Turah mendapat kabar bahwa Jadag di penjara, karena berkelahi dengan Pakel. Turah mencoba menceritakan kepada Rum. Tapi Rum malah menuduh Jadag senang di penjara, karena dapat makan dan tidak bekerja. Kemudian Rum pergi bersama Roji dan meninggalkan Kampung Tirang. Rum menitipkan rumahnya pada Turah dan istrinya.
Setelah bebas dari penjara, Jadag kembali ke Kampung Tirang. Jadag sendiran dan masih mencari angka untuk judi. Jadag memang suka berjudi dan mabuk. Jadag merasa stress karena bekerja sudah belasan tahun tapi hidupnya begini-begini saja. Jadag sedih karena belum bisa membahagiakan Roji. Dalam kesendirian itu Jadag kelaparan.
Suatu ketika, Kampung Tirang diguyur hujan lebat. Jadag dalam kesendirian itu dihampiri oleh dua orang pemuda. Pemuda tersebut membopong Jadag keluar. Turah yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa diam, karena diancam oleh seseorang dengan celurit. Turah langsung mengajak istrinya pergi dari Kampung Tirang. Tak lupa mengajak nenek dan Sulis, tapi nenek dan Sulis tidak mau.
Keesokan harinya Jadag terlihat gantung diri di pohon depan rummahnya. Penduduk kampung hanya bisa menyaksikan. Masjid seberang perumahanpun mengumunkan bahwa Jadag laki-laki berusia 50 tahun meninggal dunia. Film ini diakhiri dengan Roji yang pulang setelah melihat bapaknya mati digantung.
Film berbahasa jawa ini sangat menarik perhatian. Artistik rumah yang terbuat dari kayu juga sangat natural. Kemalangan dan kemelaratan penduduk kampung juga ditampilkan dengan listrik yang ketergantungan dengan genset. Diseberang Kampung Tirang terdapat perumahan, disitulah Pakel tinggal. Dari perumahan itu juga terdengar suara pengajian dan suara tukang tahu bulat. Pantaslah, kalau film ini menang Asian Feature Film dalam Singapore International Film Festival.
Hal yang tidak biasa ditampilkan pada film ini. Seperti watak para tokoh yang jauh dari watak tokoh biasa. Ada tokoh dominan difilm ini. Turah sebagai penjaga berperilaku sangat kalem dan manut terhadap Juragan Darso, tapi setelah mengetahui hal buruk pada Jadag Turah malah lari. Sementara itu Jadag yang suka mabuk dan judi serta selingkuh malah mencoba membuka kedok Darso dan Pakel yang selama ini merampas hak mereka.
Film Turah adalah film yang sangat dekat dengan masalah yang dihadapi masyarakat desa atau kampung. Film ini berhasil menyuguhkan konflik kelas. Konflik kelas yang disuguhkan adalah pertentengan antara tuan tanah dan buruh tani. Alur cerita yang tidak mudah ditebak serta akting natural dari tokoh menjadi keunggulan film ini.
Hanya saja akhir film ini kamera ingin menunjukan kesan natural. Kamera yang bergoyang malah seakan-akan dipaksakan. Padahal dari awal sampai adegan gantung diri belum ada kamera yang goyang. Tapi itu hanyalah masalah kecil dari sekian keunggulan film ini.