Turah adalah sebuah gambar hidup atas kemunafikan dalam pusaran kemiskinan. Film yang menceritakan kekandasan dalam mengungkap kebenaran ini diproduksi oleh Fourcolours Film. Salah satu rumah produksi yang telah melahirkan film-film elegan tapi memasygulkan seperti Ku Cumbu Tubuh Indahku dan Siti.
Sutradara film yang berdurasi 83 menit ini adalah Wicaksono Wisnu Legowo. Judul film diambil dari nama seorang tokoh dalam film ini. Film ini berhasil memenangkan penghargaan internasional dan nasional.
Kampung Tirang merupakan kampung yang penduduknya bekerja sebagai pekerja tambak dan peternak. Turah ditunjuk oleh Juragan Darso untuk menjaga keamanan Kampung Tirang. Juragan Darso adalah sang pemilik tanah Kampung Tirang. Darso memiliki asisten bernama Pakel, akan tetapi Jadag salah satu penduduk tidak menyukai Pakel.
Jadag merasa bahwa dirinya yang seharusnya jadi asisten Darso. Bukan Pakel yang baru kenal tiga tahun, sementara Jadag sudah bekerja 11 tahun untuk Darso. Jadag berpikir apa karena Pakel itu sarjana, sehingga ia dipilih jadi asistennya Darso.
Pandangan Jadag terhadap Pakel semakin sinis. Jadag merasa bahwa Pakel adalah biang keladi atas upah penduduk yang tetap kecil. Walaupun mereka sudah bekerja lama untuk Juragan Darso. Atas dasar pikiran tersebut, Jadag mencoba mengajak penduduk kampung Tirang untuk protes. Dimulai dari Turah hingga penjaga kandang kambing sampai seluruh penduduk.
Pakel yang jengkel pada Jadag pun menuduhnya iri dan mencibir Jadag bahwa SD saja tidak lulus. Pakel juga mengetahui bahwa Jadag, selingkuh dengan Ilah. Istri juragan Darso. Jadag emosi dan hendak memukul Pakel . Turah yang mengetahui hal itu mencoba menengahinya. Dengan emosi Jadag memaki Pakel, sementara itu Pakel pergi menggunakan getek.
Tak puas Jadag berpidato sendirian di depan penduduk. Akhirnya Jadag memprotes Juragan Darso secara langsung. Kejadian itu disaksikan warga sekampung. Jadag terus mencoba meyakinkan Darso bahwa Darso dibodoh-bodohi oleh Pakel. Juragan Darso yang emosi, sambil berjalan terburu-buru berkata pada Gung. Salah satu pemuda kampung.
"Gung, bilang pada Pakel, besok. Kita janngan kirim apa-apa ke Kampung Tirang!"
Keseharian Juragan Darso memang sebagai seorang dermawan yang suka bagi-bagi uang dan sembako kepada penduduk. Jadag menilai bahwa hal yang dilakukan Darso memang sudah sewajarnya. Menurut Jadag, itu adalah haknya. Sepengetahuan Jadag, tanah Kampung Tirang ini juga bukan punya Darso. Akibat kejadian tersebut, Darso tidak mengirim apa-apa ke Kampung Tirang.
Turah sebagai penjaga kampung kesal dengan Jadag. Turah mengingatkan Jadag bahwa tindakannya tersebut membawa masalah satu kampung. Apa yang dikatakan oleh Turah membuat Jadag berpikir dan bertanya kepada Turah.