Perjalanan gelap, dengan sangat hati-hati kami lalui. Karena jalurnya semakin naik dan banyak tanah yang licin bekas hujan. Pendakian terus kami lakukan karena mengingat POS ketiga adalah pos terakhir yang harus kita lewati sebelum menuju puncak. Akhirnya kami berenam membagi menjadi dua tim.Â
Aku bersama Aa Ucen dan Teh Nia sementara Aldian, Arip dan Apan sebagai Tim yang satunya. Sampai di POS Tiga, kondisi tubuh kami sudah sangat lelah dan dingin malam sudah menyengat kulit-kulit kami. Aldian merasa sangat lelah dan kram. Aku memutuskan untuk membawa Tasnya dari POS 3 menuju puncak. Karena dari POS 3 ke puncak hanya berjarak sebentar.
Puncak
Sebelum sampai puncak, Teh Nia menangis karena merasa sangat lelah kemudian ditenangkan dan dikuatkan oleh Aa Ucen. Kami bertigapun sampai puncak duluan.Â
Kemudian kami mencari tempat untuk mendirikan sebuah tenda agar kami dapat beristirahat dan membuatkan makan dan minuman agar suhu tubuh kami tetap terjaga dan tidak kelelahan. Tenda pun jadi, kami tinggal menunggu Aldian dkk datang.Â
Namun, yang datang hanyalah Arip dan Apan yang kebingungan serta keletihan karena mencari-cari posisi tenda kami. Akhirnya aku dan Aa Ucen menjemput Aldian yang kram di dekat shelter.Â
Setelah menjemput kemudian tenda kedua kami buat. Setelah semua sudah rapih dan beres, kami tidak ada kesempatan untuk ngobrol dan berhahi sejenak karena waktu sudah cukup malam. Akhirnya kami makan, dan setelah makan kami bergegas untuk tidur karena kami tidak menginginkan fajar yang kami tunggu terlewati.
Sunrise di Prau
Aku yang pertama bangun, melihat keadaan luar sangat berkabut serta gerimis. Ku lihat waktu masih pukul 04.00 WIB, ku pikir itu masih terlalu dini untuk melihat matahari terbit.Â