Saat ini membela robot dianggap tidak manusiawi dan selalu diinterpretasikan dengan PKI. Sejak 1965 orang PKI dianggap tidak manusiawi karena PKI masih dianggap tidak percaya Tuhan. Robot itu diciptakan oleh manusia makanya tidak bertuhan. Itulah anggapan negara dan negara menghegemonikan anggapan itu kepada masyarakat melalui berbagai video tron dan iklan layanan masyarakat yang sering muncul di Jalanan kota. Iklan itu sangat lucu, setiap pembukaannya terdapat kata "Awas! Robot PKI".
"Aku akan memimpin aksi besar-besaran dengan Robot penjual roti, Buruh industri, dan Pelajar. Kalian berdua mau ikut" Ajak Kpunk sambil menaruh tas di meja.
Tidak sempat menjawab, dosen datang memberi materi kuliah hari ini. Materi hari ini adalah Sejarah Filsafat. Memang sudah tidak dipakai lagi filsafat tapi masih menjadi ilmu alternatif semenjak proyek mortalitas gagal yang akhirnya membuat manusia kembali menyadari tidak ada yang abadi. Dosenku memulai materi dengan bercerita tentang kejadian yang ia alami kemarin malam.
Malam itu dosenku berkunjung ke Jakarta, untuk mengunjungi saudaranya yang sedang menikah. Setelah mengunjungi saudaranya ia melipir mampir ke bulungan. Disana dia membeli gulai. Daerah itu disebut Gultik. Dia menjelaskan pasar gulai tersebut sudah ada sejak dahulu kala, ini perpaduan antara kota dan tradisional yang menarik.Â
Saat malam restoran pun tutup tapi ada satu bentuk inferioritas yang eksis ditengah hingar bingarnya kota. Jakarta metropolitan, semuanya penuh polusi. Daerah tersebut diceritakannya sangat panjangan dengan tenda lipat.Â
Berbagai kultur berada disana, mulai dari kaum sub-urban sampai orang rumahan menyatu disana. Asap pembakaran sate pun terlihat dalam terangnya lampu neon disekitarnya. Singkat cerita dia menjelaskan perlunya menjunjung tinggi yang tradisional ditengah kemajuan teknologi. Barulah materi dijelaskan dan dijabarkan.
Pukul  19.00 WIB. Di Kantin
Perbincangan aksi dilaksanakan pada malam hari oleh beberapa mahasiswa, Kpunk memimpin diskusi dikantin malam hari ini. Kepulan asap rokok diterangi lampu neon bertuliskan "Bakso Dynasti" dan beberapa merek kapitalis yang terpampang jelas di kantin mahasiswa mempercantik suasana.Â
Diskusi semakin panas dengan datangnya orang-orang yang mendukung pemerintah. Orang-orang itu adalah kelompok Pembela Ilmu Pengetahuan Untuk Kemajuan disingkat PIPUK dan kelompok Penjaga Ideologi  Anti-Komunis disingkat PIAK. PIPUK dan PIAK berdiri di meja bundar kantin yang berisi kurang lebih 500 orang, rata-rata mahasiswa senior dan pimpinan organisasi internal maupun eksternal kampus. Perdebatan panas antara PIPUK, PIAK dan Aliansi Mahasiswa Tolak Superioritas Manusia (AMTSM).
"Jangan kayak Anjing Lo Pada. Semua ini untuk kemajuan umat manusia." Teriak pimpinan PIPUK disusul dengan teriakan pengikutnya.
"Orang-orang mati karena PKI, kalian semua masih menganggap PKI itu tidak bersalah. Bangsat lah lo semua. Ideologi kita harus dijunjung tinggi. Martabat manusia itu diatas segala-galanya, jangan bela robot yang diciptakan manusia. Ini semua untuk kepentingan umat manusia. Dan..." Belum selesai orasi pimpinan PIAK, molotov sudah di depan tempatnya berdiri. Apunk lah yang melemparkan molotov tersebut.