Mohon tunggu...
moh irfan rizqy
moh irfan rizqy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

A student actively involved at Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, with a strong passion for organizations and politics, grew up in an environment surrounded by activists. This background has shaped the writer into an organizer capable of both leading and being led, always ready to collaborate effectively in a team. The writer’s organizational experience serves as a strong foundation, enabling them to quickly adapt to new environments and contribute positively.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kembang desa layu di kota

13 Desember 2024   20:00 Diperbarui: 13 Desember 2024   19:44 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/d9tkt7Bg615eF41fA

Dini teringat bagaimana ibunya selalu mengusap kepalanya dengan lembut sebelum ia berangkat ke Yogyakarta. "Jaga diri, Nak. Kamu satu-satunya harapan kami," kata ibunya, dengan air mata yang hampir tak tertahankan. Dini tahu betul bahwa ia membawa mimpi besar dari desa kecil yang jauh di luar Jawa. Kota Yogyakarta yang gemerlap adalah gerbang menuju dunia yang lebih luas---tempat di mana ia bisa mewujudkan segala impian dan ambisi.

Namun, Dini tidak pernah tahu bahwa di balik cahaya lampu kota, ada banyak bayang-bayang yang siap menjatuhkannya.

Bab 1: Terperangkap dalam Gemerlap

Begitu tiba di Yogyakarta, Dini langsung merasa terpesona. Kota ini, dengan senyum ramah penduduknya, suasana seni yang kental, serta kebebasan yang terasa di setiap sudut, memberi Dini rasa yang belum pernah ia alami. Kampusnya, meskipun jauh lebih besar dan lebih modern dari yang pernah ia bayangkan, terasa begitu memikat. Setiap hari, dia bertemu dengan teman-teman baru---mereka yang berasal dari berbagai penjuru Indonesia, yang memiliki cara hidup dan gaya berpikir yang jauh lebih bebas daripada apa yang Dini kenal.

Di suatu malam yang panas, saat acara penyambutan mahasiswa baru di kampus, Dini bertemu dengan Dita, seorang gadis asal Jakarta yang periang dan terlihat sangat modis. Dita dengan cepat mengajak Dini bergabung dalam kelompok pertemanan yang penuh dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya. Toni, pemuda berbadan atletis dengan senyum yang bisa membuat siapa pun terpesona, juga ada di sana.

"Dini, kamu harus ikut ke klub malam besok. Pasti seru!" kata Dita, matanya berkilat dengan ajakan yang tak bisa ditolak.

Dini awalnya ragu. Ia selalu diajarkan untuk menjaga diri, tidak terlibat dalam hal-hal yang bisa menjerumuskan. Namun, seminggu kemudian, rasa ingin tahu dan tekanan sosial membuatnya terjun ke dalam dunia yang selama ini ia anggap hanya ada di layar kaca.

Di dalam klub malam itu, Dini merasa terhisap oleh atmosfer yang asing tapi menarik. Musiknya yang keras, gemerlapnya lampu, dan tubuh-tubuh yang bergerak seirama dengan irama---semua itu mengalihkan pikirannya. Minuman beralkohol yang Dita tawarkan mengalir begitu saja, dan Dini merasa lebih ringan, lebih bebas. Mungkin inilah yang disebut kebebasan, pikirnya.

Bab 2: Dunia Tanpa Batas

Hari-hari Dini mulai berubah. Kuliah yang dulu selalu ia utamakan, kini bergeser ke belakang. Setiap malam, Dini dan teman-temannya menjelajahi dunia yang penuh dengan pesta, alkohol, dan kebebasan yang tampak tak terhingga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun