Selaras dengan langkah logis sebelumnya, untuk yang ketiga ASEAN juga harus mampu membangun dan mengonstruksikan dialog dengan masyarakat sipil di Myanmar, serta negara anggota ASEAN lainnya dalam ranah yang lebih intim, namun tetap terbuka.Â
Dialog tersebut dapat dilakukan dengan bantuan teknologi digital ataupun dengan membangun pusat komunikasi dan konsultasi langsung di Myanmar.Â
Adapun yang keempat, ASEAN harus terus mengawal akan janji dari pemimpin junta militer Myanmar untuk kembali menyelenggarakan pemilu jika yang sebelumnya diindikasikan ada bentuk kecurangan, daripada melakukan kekerasan yang tak berorientasi pada HAM ini.Â
Dan sebagai strategi yang terakhir, ASEAN selaku organisasi internasional harus mampu menjembatani Myanmar dengan pihak eksternal sebagai upaya untuk meyakinkan mitra dialog ASEAN serta masyarakat internasional guna mengembalikan demokratisasi di Myanmar yang cinta damai.
Dengan proyeksi strategi berbasis logika induktif di atas, ASEAN diharapkan mampu menghentikan masalah internal ini yang sampai detik ini pun masih saja menjadi momok menakutkan bagi warga Myanmar.Â
Myanmar seakan tak pernah terhindarkan dari sorotan pelanggaran HAM, semenjak sebelumnya juga telah dihebohkan dengan kejahatan genosida oleh pemerintah Myanmar yang ditujukan kepada etnis Rohingya di Negara Bagian Rakhine Utara sebagai kelompok minoritas.Â
Hal tersebut lantas menyebabkan ribuan etnis Rohingya terbunuh, hingga melakukan pengungsian ilegal secara masif ke negara tetangga, tak terkecuali Indonesia. Kendati begitu, masalah-masalah internal yang terjadi di Myanmar ini sudah sepatutnya dibantu dan diakomodasi oleh ASEAN secara universal guna menemui titik terang dan memberantas segala bentuk pelanggaran HAM yang sudah sekian waktu melanda masyarakat Myanmar.Â
Ini juga sebagai konsekuensi Myanmar menjadi salah satu anggota resmi ASEAN, sehingga mau tidak mau ASEAN harus bisa mengambil sikap pada segala bentuk permasalahan yang ada di negara anggotanya.Â
Sebagai penutup, dapat kita simpulkan bersama bahwa pendekatan logis dan bentuk kreativitas lain harus mulai dicari oleh ASEAN sebagai langkah nyata dalam menemukan titik terang dalam isu humanisme Myanmar ini, yang dalam hal ini juga dapat dianalisis melalui kajian logika dalam kerangka filsafat ilmu.
Referensi
Adib, Mohammad. (2015). Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.